WEST SUMATERA
Type of Collection | : Cassette |
Artist/Group | : Adji St. Sati |
Album Title | : Saluang |
Origin | : West Sumatera |
Language | : Minang |
Year of Release | : 1975 |
Label | : Disco Records |
Serial number | : – |
Contributor | : Museum Musik Indonesia-Malang, 2018 |
Reference Links :
- https://www.youtube.com/watch?v=cArDD_AcnY0
- https://sumbarprov.go.id/home/news/9281-saluang.html
- https://www.discogs.com/release/12901630-Adjis-Sutan-Sati-Tanti-Batanti
- https://www.arasynews.com/alat-musik-saluang-sirompak-mengandung-unsur-magis-dalam-penggunaannya/
- https://aguslitaher.wordpress.com/2020/01/01/ajis-sutan-sati-pencipta-lagu-dendang-paling-produktif/
Tracklist
No | Title | Singer |
SIDE A: | ||
1 | Batang Arau | Adji St Sati |
2 | Sungai yang baru | No Name & Adji St Sati |
3 | Sarasah Air Badarun | Sawir St Mudo |
4 | Taram Manuai | No Name & Adji St Sati |
5 | Siriah Langkok | Adji St Sati |
SIDE B: | ||
1 | Bajang Sulido | Adji St Sati |
2 | Lenggang Kursi | Adji St Sati |
3 | Batang Tabik | Sawir St Mudo |
4 | Padang Magek | Sawir St Mudo |
5 | Indang Baru | Adji St Sati & Sawir St Mudo |
This album is a recording by Adji St. Sati and his friends. No information was found regarding the creators of the songs in this album.
Biography
Little information or historical records related to the figure of Adji St. Sati. However, Adji St. Sati, or in full Adji Sutan Sati, is an Indonesian Saluang artist who born in Bukittinggi in the 1930s, West Sumatra. During his life, Adji Sutan Sati worked to pursue the arts from Saluang music. The songs created by Adji Sutan Sati were then sung by Pop Minang musicians such as Elly Kasim and Tiar Ramon.
About the Album
This album is a recording of the Saluang musical instrument sung by Adji St. Sati along with his friends. Saluang is a traditional musical instrument from of Minangkabau, West Sumatra. This instrument is made of thin bamboo or gutters. This instrument belongs to the class of flute musical instruments, but it is simpler to manufacture, simply by punching holes in the gutters with four holes. The length of the saluang is estimated to be approximately 40-60 cm, with a diameter of 3-4 cm. Another use of gutters is a container for making lamang, one of the traditional Minangkabau foods.
Story
Gutters for clotheslines or gutters found drifting in rivers are believed by the Minangkabau people to be a good material for making saluang. The main thing in playing this saluang is how to blow and inhale at the same time. So that the saluang blower can play the instrument from the beginning to the end of the song without breaking (circular breathing). This technique called manyisiah angok, which can be mastered with continuous practice.
This music can be enjoyed at weddings, batagak rumah (building a house), batagak pangulu, and others. If you want to enjoy this tradition, you should come to the event after the Isha prayer and it will end before dawn. The singing of the beautiful Minang maidens can be the main attraction. The saluang dance itself contains messages, satire, and also subtle criticism. The song can restore the listener’s memory of his hometown or the life that has been, is being, and will be lived.
In addition to the uniqueness found in this art and musical instrument, apparently there is various style of playing saluang. Each nagari (area) in Minangkabau has its own way of blowing saluang. This what causes the diversity of styles of playing the saluang. Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan and Pauah are both name of area and style of blowing saluang. Singgalang style is considered quite difficult for beginners to play, and usually this Singgalang tone is played at the beginning of the song. Ratok Solok from the Solok area is the saddest style to the ear. There are also the titles of Saluang songs that are widely known in the Minangkabau community:
- Padang Magek
- Ratok Koto Tuo
- Ratok Solok
- Muaro Labuah
- Lubuak Sao
- Ambun Pagi
- etcetera
As already mentioned, this instrument is classified as a flute. However, unlike other types of flute instruments, saluang is ‘more complicated’ to make. According to the West Sumatra Customary Section Head, Saparman, SH, making saluang is more complicated than making flutes in general. Only people who are experts in playing saluang can make this saluang because there are separate procedures for making it.
Meanwhile, the type of saluang that can be said to be deadly, comes from the Payakumbuh area. It has magical nuance, and known as Saluang Sirompak. Derived from the root word rompak, which means forced. Basirompak is an attempt to force one’s mind with the help of supernatural powers to obey the wishes of those who control it. This ritual is performed by a handler (sirompak craftsman) who is assisted by a saluang sirompak blower and a soga handyman. The handler is in charge of chanting mantras and playing a top (gasiang tangkurak) which is made from pieces of a human skull. When a man is insulted and abused by a woman who is liked by the man. The man asked the devil for help with intermediary of the shaman through sirompak. Thus, the woman became infatuated with him and had a hard time forgetting the man.
Value
Apart from the controversy over its mystical elements, Saluang is a product of culture in Indonesia that needs to be preserved and developed. In the statement of the West Sumatran artist, Susandra Jaya, he thinks that the public needs to look at Saluang from another side. Where this musical instrument can be developed, continue to exist, and collaborate with other music.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Album ini merupakan karya rekaman dari Adji St Sati bersama dengan kawan-kawannya. Tidak ditemukan informasi terkait pencipta lagu-lagu dalam album ini.
Biography
Sedikit informasi atau catatan sejarah terkait sosok Adji St Sati. Namun Adji St Sati, atau lengkapnya Adji Sutan Sati merupakan seniman Saluang Indonesia kelahiran Bukittinggi tahun 1930-an, Sumatera Barat. Semasa hidupnya, Adji Sutan Sati berkarya menekuni kesenian dari musik Saluang. Lagu-lagu ciptaan Adji Sutan Sati kemudian dinyanyikan pula oleh musisi-musisi Pop Minang seperti Elly Kasim dan Tiar Ramon.
About the Album
Album ini merupakan sebuah rekaman dari alat musik Saluang yang dilantunkan oleh Adji St Sati bersama dengan kawan-kawannya. Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat. Alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tetapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang diperkirakan kurang lebih 40 – 60 cm, dengan diameter 3 – 4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk pembuatan lamang (lemang), salah satu makanan tradisional Minangkabau.
Story
Talang untuk jemuran atau talang yang ditemukan hanyut disungai dipercaya oleh orang Minangkabau sebagai bahan yang bagus untuk membuat saluang. Hal yang utama dalam memainkan saluang ini adalah cara meniup dan menarik nafas secara bersamaan. Sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal sampai akhir lagu tanpa putus (circular breathing). Teknik yang dinamakan manyisiah angok ini dapat dikuasai dengan latihan yang berkesinambungan.
Permainan musik ini dapat dinikmati pada acara perkawinan, batagak rumah (Mendirikan Rumah), batagak pangulu, dan lain-lain. Apabila ingin menikmati permainan saluang ini, hendaknya datang ke acara tersebut setelah salat Isya dan baru akan berakhir menjelang subuh. Dendangan para dara-dara cantik Minang bisa menjadi daya tarik tersendiri. Dendangan saluang sendiri berisikan pesan, sindiran, dan juga kritikan halus. Dendangan tersebut dapat mengembalikan ingatan si pendengar terhadap kampung halaman ataupun terhadap kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani.
Selain keunikan-keunikan yang terdapat pada kesenian dan alat musik ini, rupanya gaya memainkan saluang ternyata berbeda-beda. Setiap daerah di Minangkabau memiliki cara tersendiri dalam hal meniup saluang. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan sendiri cara meniup saluang. Hal inilah yang menyebabkan keragaman gaya meniup dan memainkan saluang. Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah adalah nama daerah sekaligus nama gaya dalam meniup saluang. Gaya Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Ratok Solok dari daerah Solok menjadi gaya yang paling sedih di telinga. Ada pun judul-judul lagu saluang yang banyak dikenal di masyarakat Minangkabau antara lain:
- Padang Magek
- Ratok Koto Tuo
- Ratok Solok
- Muaro Labuah
- Lubuak Sao
- Ambun Pagi
- dan lain-lain.
Seperti yang telah disebutkan bahwa alat musik ini tergolong alat musik seruling. Namun berbeda dengan jenis alat musik seruling lainnya, saluang ‘lebih rumit’ pembuatannya. Menurut Kasi Adat Sumatra Barat, Saparman, SH, pembuatan saluang lebih rumit dari pembuatan seruling pada umumnya. Hanya orang yang ahli memainkan saluang sajalah yang bisa membuat saluang ini karena ada tata cara tersendiri dalam membuatnya.
Sementara itu, jenis saluang yang dapat dikatakan maut, berasal dari daerah Payakumbuh. Bernuansa Magis, dan dikenal dengan nama Saluang Sirompak. Berasal dari kata dasar rompak, yang berarti paksa. Basirompak adalah upaya memaksa batin seseorang dengan bantuan kekuatan ghaib agar menuruti kemauan mereka yang merompak. Ritual ini dilakukan oleh seorang pawang (tukang sirompak) yang dibantu oleh seorang peniup saluang sirompak dan seorang tukang soga. Pawang bertugas mendendangkan mantra-mantra dan memainkan sebuah gasing (gasiang tangkurak) yang salah satu bagiannya dibuat dari potongan tengkorak manusia. Bila seorang lelaki dihina dan dicacimaki oleh seorang perempuan yang disukai oleh lelaki itu. Maka si lelaki minta tolong pada setan dengan bantuan si dukun melalui sirompak. Sehingga, perempuan penghina itu jadi tergila-gila padanya dan sulit melupakan si lelaki tersebut.
Value
Terlepas dari kontroversi atas unsur mistisnya, Saluang merupakan produk budaya daerah di Indonesia yang perlu dilestarikan dan dapat dikembangkan. Dalam keterangan seniman Sumatera Barat, Susandra Jaya beranggapan bahwa masyarakat perlu memandang Saluang dari sisi yang lain. Di mana alat musik ini dapat dikembangkan, terus eksis, serta dikolaborasikan dengan musik lain.