Cover Buku Kusbini
KUSBINI : Seniman Musik Keroncong Tiga Zaman
Penulis : Tugas Tri Wahyono, Dwi Ratna Nurhajarini
Jumlah halaman : x+128 halaman
Ukuran : 17 x 24 cm
ISBN : 978-979-8971-84-6
Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DI Yogyakarta Jl.Brigjen Katamso 139 Yogyakarta 55152
e-mail : bpnb.diy@kemdikbud.go.id
www.kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta
Koleksi:
Museum Musik Indonesia
Jl.Nusakambangan 19 Kota Malang
www.museummusikindonesia.id
ig@museummusikindonesia
Jejak Kusbini dan Kota
Kusbini (1910 – 1991)
Mojokerto, Jombang, Surabaya, Malang, Jakarta, Lawang, Madiun, Jogjakarta adalah sebagian dari kota-kota dimana sosok Kusbini pernah hadir dan berproses dalam karya musik, pendidikan atau bekerja.
MOJOKERTO.Kusbini dilahirkan pada hari Jumat Legi, 10 Januari 1906 di Desa Kemlagi Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto.Ibunya bernama Musinah dan ayahnya, Kusnio, mantri kehutanan. Anak ketiga dari empat bersaudara. (hal.12)
JOMBANG.Menyelesaikan sekolah dasar di HIS (Hollandsch Inlandsche School) tahun 1914 dan mengikuti kursus mengetik.
SURABAYA.Di kota ini Kusbini belajar musik secara mandiri dan mengikuti group keroncong Jong Indische Stryken Tokkel Orkest (JISTO) yang dipimpin saudara tertuanya, Kusbandi.
Serampung Sekolah Musik “Apollo” di Malang, Kusbini balik ke Surabaya. Menjadi penyanyi dan pemain biola pada beberapa orkes, antara lain De Nachtegaal, Radio Orkes NIROM ( Nederlands Indische Radio Omroep) di Jl. Embong Malang, Chineese en Inheemse Radio Luisteraars Vereniging oost Java (CIRVO), Orkes Batak Andalas, Studio Orkest NIROM (SOS). Kusbini membentuk band modern, The Melody Band.Tahun 1935 Kusbini menulis lagu Kewajiban Manusia yang menjadi pembaharu untuk lagu dan musik keroncong. Kusbini bekerja di perusahaan rekaman His Master’s Voice dan Canary Record miliki Hoo Sun Hoo.
1939-1941: Kusbini dikontrak Canary Records. PH dari Canary Record yang berisi suara Kusbini antara lain Waktu Muda, Canary Rumba, Salam dan Bahagia, Angen-angen, Suara Canary, Waktu Sore, Oh Bunga Melati, Cita-citaku, Teresina, Honolulu, Rokok Kretek Batoe Api dan Soeatoe Seroehan. Dalam album Honolulu irawa Hawai telah diubah menjadi irama Stambul II. (hal.43)
MALANG. Tahun 1927-1930 Kusbini mengikuti pendidikan musik umum (Algemene Muziekleer) pada Sekolah Musik “Apollo” di Malang dibawah pimpinan Kitty Ament dan M.Mierop, yang kemudian menjadi guru biola Kusbini.Di “Apollo” Malang, Kusbini mendapat pelajaran formal tentang seni musik. Kusbini menuntut ilmu di “Apollo” Malang selama kurang lebih tiga tahun. Oleh karena harus mengikuti pendidikan sekolah musik di Malang maka kegiatan Kusbini bersama orkes JISTO pimpinan Kusbandi harus ditinggalkan. (hal.14-15)
Tahun 1941, Kusbini bekerja di Majestic Film Company. Perusahaan film tersebut mempunyai kantor pusat di Malang, namun kegiatan shooting dan operasional lainnya dilakukan di Jakarta. Majestic Film Company dibawah pimpinan (direksi) Fred Young. Fred Young bisa dibilang orang yang mengajak Kusbini terlibat dalam kegiatan perusahaan perfilman. Majestic Film didirikan tahun 1941 di Malang dengan modal dari Han Sing Kin (seorang konglomerat yang memiliki beberapa perusahaan). Dua film garapan Majestic Film: Jantung Hati dan Air Mata Ibu, dibuat dengan bertabur bintang. Fred Young dalam pembuatan film Jantung Hati juga mengajak Nyoo Cheong Seng.(hal.45)
JAKARTA. Kesibukannya di Majestic Film Company akhirnya mendorong Kusbini pindah ke Jakarta. Lagu-lagu khusus yang dibuat untuk soundtrack film Jantung Hati dan Air Mata Ibu menjadi hit. Lagu Jantung Hati berupa langgam keroncong.Lagu tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk orkestra dengan pemusik lebih dari 30 orang dan dipimpin oleh Kusbini. Pergelaran keroncong dengan orkestra yang besar dan megah menjadi cita-cita Kusbini sejak pertengahan 1935. (hal.46)
Pada masa pendudukan Jepang hanya musik keroncong yang boleh dimainkan dan musik Barat dilarang oleh pemerintah Jepang. Salah satu lagu ciptaan Kusbini pada masa Jepang adalah Bagimu Neg’ri.Kusbini melalui lagu itu berupaya menyentuh jiwa para pendengarnya, mengajak untuk cinta pada tanah air atau negrinya. Lagu tersebut awalnya dibuat untuk konsumsi anak-anak, namun dalam perkembangannya lagu itu menjadi lagu untuk semua kalangan dan menjadi lagu wajib. (hal.50). Selain Bagimu Neg’ri, Kusbini juga menulis tentang Bersatu, Cinta Tanah Air dan Merdeka. (hal.53)
Kusbini yang sejak terlibat dalam dunia film telah tinggal di Jakarta kemudian diajak Bung Karno masuk menjadi anggota Keimin Bunka Shidosho sebagai Wakil Ketua Bagian Musik. Semasa penjajahan Jepang, Kusbini menjadi tenaga tetap Hosho Kanri Kyoku yang dipimpin oleh alm.Mr.Utoyo Ramelan. Di Hosho Kanri Kyoku yang juga disebut radio militer, Kusbini menjadi pemimpin orkes merangkap bermain biola bersama Ismail Marzuki, M.Sagi, Ariston de Cruz, Atungan, Sutejo, Sardi dan Yahya. Kusbini juga memimpin acara siaran Taman Kanak-kanak bersama Ibu Sud (Bintang Sudibyo). (hal.61)
Tahun 1944 Bung Karno membentuk panitia yang bertugas menetapkan melodi dan naskah syair yang seragam untuk memainkan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bung Karno sebagai Ketua dan Kusbini menjadi salah satu anggota. (hal.62)
LAWANG. Setelah tentara Jepang keluar dari Indonesia, Kusbini pindah ke Lawang, Jawa Timur dan bekerja di ALRI. Di kantornya yang baru, Kusbini membentuk dan memimpin Staf Korps Musik ALRI. (hal.63)
MADIUN. Setelah dari Lawang, Kusbini berpindah pekerjaan di Angkatan Darat RI di Madiun, pada Badan Penerima Ksatria l di bawah pimpinan Dr. Mustopo. (hal.63)
Kediaman Kusbini dan keluarga di Jl. Kusbini No. 25, Yogyakarta
YOGYAKARTA.Tahun 1948 Kusbini pergi ke Yogyakarta memenuhi panggilan Bung Karno sehubungan dengan tugasnya sebagai anggota panitia lagu Indonesia Raya. Pada tahun 1948 Ibukota Republik Indonesia berada di Yogyakarta.
Kusbini tatkala tinggal di Yogyakarta menempati rumah di Jalan Jetis Pasiraman.Tahun 1950-an Kusbini menikah dengan Ngadiyem. Memiliki 11 putra. Saat membangun kehidupan rumah tangga, Kusbini sudah bekerja di Lembaga Musikologi dan Koreografi (LMK) Bagian Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Kusbini bekerja di kantor itu hingga mencapai jabatan Kepala LMK.Pada masa menjadi pegawai di bidang kebudayaan tersebut Kusbini berhasil membuat buku Kamus Musik (1953) dan 16 Lagu Wajib (1965). Kusbini tetap aktif sebagai pencipta maupun penggubah lagu. Salah satu gubahan Kusbini adalah Bengawan Solo. Lagu ciptaan Gesang yang sudah sangat populer tersebut oleh Kusbini pada tahun 1968 digubah menjadi paduan 6 suara yakni sopran, mezzo sopran, alto, tenor, bariton dan bas. Dapat dibawakan dengan iringan keroncong asli dengan memakai kendangan maupun dalam bentuk acapella. Sebelum menggubah lagu Bengawan Solo, Kusbini juga menggubah lagu Stambul ll yang pernah dilakukan pada masa kolonial.Menurut pemikiran Kusbini usaha untuk selalu meningkatkan mutu musik keroncong dilakukan dengan menghidupkan, mengembangkan, memelihara hasil karya yang telah ada itu langkah penting yang harus dilakukan. Tahun 1959 Kusbini menyusun jenis Stambul ll dalam susunan piano. (hal.21)
Sanggar Olah Seni Indonesia (SOSI)
Untuk komitmen dan dedikasinya dalam bidang musik, Kusbini mendirikan sebuah lembaga kursus yang diberi nama Sanggar Olah Seni Indonesia (SOSI). Lembaga kursus tersebut mengutamakan bidang musik, baik teori maupun praktik. SOSI bertempat di kediamannya, Jalan Pengok 29 Yogyakarta. Beberapa murid Kusbini yang pernah belajar di SOSI antara lain Prawaningrum (seriosa), Subarjo (keroncong), Ebiet G.Ade (gitar).
Sabtu Pahing, 30 Maret 1991, Sang Pembaharu musik keroncong, penyanyi papan atas, pencipta lagu yang nasionalis, anggota Panitia Penyempurna Lagu Kebangsaan, menghadap Yang Maha Kuasa pada usia 85 tahun. Kusbini dimakamkan di makam Seniman Giri Sapto Imogiri.Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan penghormatan untuk Kusbini atas dedikasi dan kompetensinya dalam bidang musik dengan memberikan nama jalan di depan rumahnya yang semula bernama Jalan Pengok menjadi Jalan Kusbini. Nama Jalan Kusbini dikukuhkan dengan SK Walikota No.118/KD/1991, jalan tersebut membentang kurang lebih sejauh 1,5 km. (hal.28)
Epilog
Makam Kusbini di Makam Seniman Giri Sapto Imogiri, Yogyakarta
Buku KUSBINI: Seniman Musik Keroncong Tiga Zaman karya Tugas Tri Wahyono, Dwi Ratna Nurhajarini menarik dan dapat menjadi rujukan untuk menulis biografi tokoh musik di Indonesia.Buku ini dapat menjadi tambahan informasi bagi Pangkalan Data Musik Indonesia.
Pemikiran Kusbini tentang musik keroncong bertajuk Sejarah Kehidupan, Perkembangan dan Asal-usul Seni Musik Kroncong Indonesia dalam Kata (Ceramah), Nada (Musik), dan Rupa (Peragaan) dimuat di halaman 65. Dalam menekuni musik keroncong, Kusbini sangatlah serius sampai-sampai Kusbini mendapat julukan “Buaya Keroncong” dari Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama. (hal.74).
Saya bersyukur telah berziarah ke makam Kusbini di Makam Seniman Giri Sapto Imogiri dan bersilaturahmi dengan beberapa anggota Keluarga Kusbini di Jalan Kusbini 25 Yogyakarta, 28 September 2020. Serampung mengikuti Pelatihan Menulis Resensi dan Feature untuk Penulis. Diselenggarakan Perhimpunan Penulis Indonesia SATUPENA dan Kemenparekraf di nDalem Natan Jl. Mondorakan 5 Kotagede Yogyakarta, 26-27 Sept 2020. (Abdul Malik)