WEST JAVA
Reference Link :
Tracklist
NO | Song Title | Songwriter | Arranger | Origin |
1 | Spirit Of Peace | Dwiki Darmawan | Dwiki Darmawan | Indonesia |
2 | Panonhideung | Rusian & Sundane | Arumba Udjo | Jawa barat |
3 | Medley Nusantara | No Data | Arumba Udjo | Indonesia |
– Benguong Jeumpa | Aceh | |||
– Pak Ketipak Ketipung | Sumatera Barat | |||
– Kicir-Kicir | Jakarta | |||
– Manuk Dadali | Jawa Barat | |||
– Cublak-Cublak Suweng | Jawa Tengah | |||
– Angin Mamiri | Sulawesi Selatan | |||
– Rasa Sayange | Maluku | |||
– Yamko Rambe Yamko | Papua | |||
4 | Nusada | No Data | Arumba Udjo | Indonesia |
5 | Padalatina | No Data | Arumba Udjo | Indonesia |
6 | Bengawan Solo | Gesang | Arumba Udjo | Jawa Tengah |
7 | Penyeum Bandung | No Data | Arumba Udjo | Jawa Barat |
8 | Rintak Rebana | Dwiki Darmawan | Dwiki Darmawan | Indonesia |
Biography
Saung Angklung Udjo is a bamboo music art studio located in the city of Bandung. People know it as a place for performing angklung music. But more importantly, this studio functions as a means of education and training for the arts of West Java, especially the art of angklung music. Another function is as a center for the production of bamboo music and Sundanese handicrafts.
Departing from the love and ideals of Udjo Ngalagena and his wife, in 1958 Udjo Angklung Studio was born. The goal is to participate in preserving the traditional arts of West Java by involving the local community. Thanks to the passion and patience of this husband and wife, the studio developed and became one of the tourist destinations in the city of Bandung. The education and training activities also received a warm welcome from the community and once had 300 students, the majority of whom consisted of people around the city of Bandung. Every day they always play, learn, practice, and develop traditional Sundanese culture. Orders for Angklung musical instrument from various regions have also increased, so it is very helpful in improving the economy of local residents.
About Album
Rhythm of bamboo is the first album of the Saung Angklung Udjo group containing Indonesian folk songs, plus two contemporary music with new variants by Dwiki Dharmawan. The main formation of Saung Angklung Udjo are Asep, Bira, Ipung, Rudi, Wildan and Yoan. In 2006 the formation grew with the inclusion of Ade Rudiana and Usep ‘Ucil’ Djunaedi. The resulting music is more varied and unique. There are 8 tracks presented through this album, including the song Panon Hideung, a Sundanese song inspired by a folk song from Russia.
Story
In the terms of arts that uses musical instruments from bamboo, in West Java, there are 2 types of art called angklung and calung. The types of bamboo commonly used as musical instruments are black bamboo, commonly called early wulung, and white bamboo, commonly called awi friend. The prototypes of the angklung and calung musical instruments are almost the same. If angklung is played by banging or shaking it, calung is played by hitting it. The tone produced is influenced by the diameter of each bamboo and the length of the bamboo.
Angklung is a musical instrument that was born in West Java at the time of the Sunda Kingdom (12-16 AD centuries). One of the functions of angklung that is known by the Sundanese people is to inspire enthusiasm in battle. The origins of the creation of angklung music are based on the agrarian view of life of the Sundanese people, which come from rice. This is a myth that the Sundanese people believe in Sri Pohaci, who is considered the goddess of rice. Indigenous Sundanese people, apply angklung as part of the ritual to start rice planting and also at the harvest time.
The establishment of Saung Angklung Udjo cannot be separated from the role of Udjo Ngalagena (5 March 1929 – 3 May 2001) as its founder. Thanks to his passion, knowledge and skills he developed his angklung by introducing performing arts of angklung to tourists. foreign and domestic tourists come every day to enjoy the high quality traditional performing arts of West Java. Visitors always get involved in the angklung game and are happy to be able play it. Facilities like this is able to amaze the visitors to come again and again
In 2010 angklung was recognized by UNESCO as a world cultural heritage. The same recognition has also been obtained for the Javanese shadow puppet arts, reog ponorogo, kecak dance, and saman dance. A year later, on July 10, 2011, the Indonesian people in the United States succeeded in promoting angklung, as well as creating the Guinness Book of Records for the angklung game with the most participants. 5,102 People in Washington DC performed a repertoire of songs built by Mang Udjo’s angklung saung. Each participant received an angklung and headband for male participants and a scarf for female participants. At each gate, there is a special officer who records how many people have entered and received the angklung from the officer.
Key Value
Although Angklung is a traditional musical instrument, it can collaborate with modern music. Not only with modern music in Indonesia but also with modern music from abroad. The resulting music remains harmonious and pleasant to hear without leaving the original character of the angklung.
(Writer: Usman Mansur-Museum Musik Indonesia.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Biography
Saung Angklung Udjo adalah sanggar seni musik bambu yang berada di Kota Bandung. Masyarakat mengenalnya sebagai tempat pertunjukan seni musik angklung. Namun yang lebih penting lagi, sanggar ini menjalankan fungsi sebagai sarana pendidikan dan pelatihan seni khas Jawa Barat khususnya seni musik angklung. Fungsi lainnya adalah sebagai sentra produksi musik bambu dan kerajinan khas sunda.
Berangkat dari cinta dan cita-cita Udjo Ngalagena dan istrinya, pada tahun 1958 lahirlah Sanggar Angklung Udjo. Tujuannya untuk ikut melestarikan kesenian khas Jawa Barat. dengan melibatkan masyarakat sekitar. Berkat semangat dan kesabaran suami istri ini, sanggarnyapun maju dan berkembang dan menjadi salah satu tempat tujuan wisata di Kota bandung. Kegiatan pendidikan dan pelatihan juga mendapat sambutan dari masyarakat dan pernah memiliki 300 murid yang mayoritas terdiri dari masyarakat sekitar. Setiap hari mereka bermain, belajar, berlatih, dan mengembangkan budaya tradisional sunda. Pesanan angklung dari berbagai daerah juga meningkat, sehingga sangat membantu dalam meningkatkan perekonomian warga sekitar.
About Album
Ryhtm of bamboo adalah album pertama group Arumba udjo berisi lagu rakyat nusantara, ditambah dua musik kontemporer dengan varian baru karya Dwiki Dharmawan. Motor dari Arumba Udjo adalah Asep,Bira , Ipung , Rudi, Wildan dan Yoan. Pada tahun 2006 formasinya berkembang dengan masuknya Ade Rudiana dan Usep ‘ucil’ Djunaedi. Musik yang dihasilkan makin bervariasi dan unik. Ada 8 track yang dipersembahkan lewat album ini, termasuk lagu Panon Hideung, lagu sunda yang terinspirasi oleh sebuah lagu rakyat dari Russia.
Story
Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bamboo, di Jawa Barat dikenal 2 jenis kesenian yang disebut angklung dan calung. Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai instrumen musik tersebut adalah bambu berwarna hitam, biasa disebut awal wulung dan bambu berwarna putih yang biasa disebut awi temen. Purwa rupa alat musik angklung dan calung hampir mirip. Jika angklung dimainkan dengan cara dibenturkan atau digoyangkan, calung dimainkan dengan cara dipukul. Nada yang dihasilkan dipengaruhi oleh diameter setiap ruas bamboo seta panjang pendeknya bambu.
Angklung merupakan alat musik yang lahir jawa barat pada zaman Kerajaan Sunda (abad 12-16). Salah satu fungsi angklung yang dikenal oleh masyarakat Sunda adalah sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Asal-usul terciptanya musik angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat sunda yang agraris dengan sumber kehidupan atau sumber makanan utamanya berasal dari padi. Hal ini merupakan mitos kepercayaan terhadap tokoh nyai Sri Pohaci sebagai lambang dewi padi pemberi kehidupan. Masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Demikian pula pada saat pesta panen
Berdirinya Saung Angklung Udjo tidak dapat dilepaskan dari peran Udjo Ngalagena (5 Maret 1929 – 3 Mei 2001) sebagai pendirinya. Berkat semangat, Pengetahuan dan ketrampilannya dia mengembangkan saungnya dengan memperkenalkan seni pertunjukan untuk wisatawan. Tamu-tamu luar dan dalam negeri berdatangan setiap hari untuk menikmati sajian seni pertunjukan tradisional berkualitas tinggi khas Jawa Barat. Pengunjung selalu ikut larut dalam permainan angklung dan bergembira bisa memainkan lagu-lagu daerah, lagu Indonesia sampai lagunya The Beatles atau Michael Jackson. Sajian seperti ini mampu membuat takjub para pengunjung untuk datang berkali-kali
Eksistensi Alat musik sekaligus karya seni tradisional, angklung, pada tahun 2010 telah memperoleh pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Pengakuan yang sama juga telah diperoleh untuk kesenian wayang kulit jawa, reog ponorogo, tari kecak, tari saman. Setahun kemudian, tepatnya 10 Juli 2011, Masyarakat Indonesia di Amerika Serikat berhasil mempromosikan angklung, sekaligus membuat Guiness Book of Record permainan angklung dengan peserta terbanyak. 5.102 Orang di Washington DC membawakan repertoire lagu binaan saung angklung Mang Udjo. Masing-masing peserta memperoleh sebuah angklung dan ikat kepala bagi peserta pria dan selendang untuk peserta wanita. Di setiap pintu gerbang, ada petugas khusus yang mencatat berapa banyak orang yang telah masuk dan menerima angklung dari petugas.
Key Value
Walaupun Angklung merupakan instrument musik tradisional, namun bisa berkolaborasi dengan musik modern. Tidak saja dengan musik modern di Indonesia tetapi juga dengan musik modern dari mancanegara. Musik yang dihasilkan tetap harmonis dan enak didengar tanpa meninggalkan karakter dari angklungnya.
(Writer: Usman Mansur-Museum Musik Indonesia.