Orkes Rame Dendang – Djodjaru Telu

0

NORTH MALUKU

Type of Collection: Vinyl
Artist/group: Orkes Rame Dendang (lead by C. Hehanusa)
Album title: Djodjaru Telu
Origin: North Maluku
Language: Maluku
Year of Release: 1970
Label: Irama Record
Serial number: –
Contributor: Sunarto-Surabaya, 2010

Reference Links                       :

Tracklist

NoTitleSongwriterMusicians
SIDE I
1Asal Ale Mau NantiC. HehanusaOrkes Rame Dendang
2Djauh Dari AmbonM. PattiruhuOrkes Rame Dendang
SIDE II
1TjerleleN.NOrkes Rame Dendang
2Pulau EmasC. HehanusaOrkes Rame Dendang

Biography

Little is known about the Orkes Rame Dendang (Rame Dendang Orchestra) and its leader, C. Hehanusa, or Catje Hehanusa. Catje Hehanusa is an Ambonese-Maluku musician who is prolific in releasing songs in the Maluku regional languages. But unfortunately, his works did not facilitate detailed information related to himself and the orchestra group he led. Based from the comment section on YouTube, many people feel that Catje Hehanusa and his orchestra group represent their past memories.

About Album

“A very pleasant childhood memory song, when there were no electric lights. The village is still pitch black at night, and only uses kerosene fuel lamps,” wrote Alfian Tilaar in the comment section of this album on YouTube. This album made by Orkes Rame Dendang led by Catje Hehanusa. This vinyl contains songs with different songwriters. Those creators are Catje Hehanusa himself, M. Pattiruhu, and a person whose name is unknown. This album is half a century old, in the form of a 10 inch LP. This item is rare and is no longer produced in Indonesia. From the writer personally, the atmosphere of the songs sung in this album mostly represents nuances that create a sense of calm and relaxation.

Story

We Museum Musik Indonesia has helped Ambon City to become a World Music City before Ambon was named by UNESCO as a Music City. We’ve helped in terms of music documentation, by sending 100 cassette tapes, 100 CDs and also 100 Vinyl to transform Ambon into National Music Documentation Center.

Until finally the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) established Ambon City as the World Music City since October 30, 2019. UNESCO’s determination of Ambon City Of Music itself is in a network of creative cities. In the UNESCO scheme, there is a UNESCO Creative City Network where there are 246 creative cities in the world in 7 important fields. For example, music, gastronomy, literature, crafts and folk art, design, media art, and film. Based from the 7 important areas, Ambon has been categorized as music-based creative city.

Ambon City of Music has scored a new breakthrough from conventional Indonesian tourism. It is moving into modern music-based tourism or known as music tourism. The Deputy Mayor of Ambon said that this innovation has market in 47 world music cities and 246 UNESCO creative cities.

The declaration of Ambon as the world’s music city is not just a title of pride, because a lot of Ambon citizens themselves really love music. For example, at SMP Negeri (junior high school) 4 Ambon Maluku, the teachers teach the art of music in a way that is not rigid. The teacher tries to overcome students’ difficulties by arranging popular songs using simple arrangements first. Then to overcome time constraints, teachers taking advantage of extracurricular activities.

Value

The recognition of Ambon as the world’s music city by UNESCO is a matter of pride for all Indonesian people, especially people of Maluku province. The concern of various parties for cultural conservation can create extraordinary rewards. This collection is one of the masterpieces originating from Maluku, which has a city that has been labelled as the world’s music city.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

Biography

Sedikit informasi yang diketahui terkait Orkes Rame Dendang dan pemimpin nya, C. Hehanusa, atau Catje Hehanusa. Catje Hehanusa adalah musisi Ambon Maluku yang produktif dalam merilis lagu-lagu dengan bahasa daerah di Maluku. Namun sayang, banyaknya karya yang diproduksi tidaklah memfasilitasi informasi detil terkait pribadinya serta grup orkes yang ia pimpin. Dari kolom komentar di YouTube, banyak masyarakat yang merasa Catje Hehanusa beserta grup orkes nya mewakili memori-memori masa lalu mereka.

About Album

Lagu kenangan masa kecil yang sangat menyenangkan, di mana tidak ada lampu listrik. Kampung masih gelap gulita pada malam hari, dan hanya menggunakan lampu bahan bakar dari minyak tanah” tulis Alfian Tilaar pada kolom komentar album ini di YouTube. Album ini merupakan karya dari Orkes Rame Dendang yang dipimpin oleh Catje Hehanusa. Vinyl ini berisi lagu dengan pencipta yang berbeda. Pencipta tersebut antara lain Catje Hehanusa itu sendiri, M. Pattiruhu, dan sosok yang namanya tidak diketahui. Album ini sudah berumur setengah abad, berupa piringan hitam ukuran 10 inch. Barang ini sudah langka dan tidak lagi diproduksi di Indonesia. Bagi penulis pribadi, atmosfir lagu-lagu yang dinyanyikan dalam album ini sebagian besar merepresentasikan nuansa yang memunculkan rasa tenang dan rileks.

Story

Museum Musik Indonesia telah membantu Kota Ambon untuk menjadi Kota Musik Dunia sebelum Ambon dinobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Musik. Museum Musik Indonesia telah membantu dari sisi dokumentasi musiknya. Mengirimkan 100 kaset pita, 100 CD dan juga 100 Vinyl untuk menjadi pusat dokumentasi musik Nasional.

Hingga akhirnya United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan Kota Ambon sebagai Kota Musik Dunia sejak 30 Oktober 2019. Penetapan UNESCO Ambon City Of Music sendiri berada dalam jejaring kota-kota kreatif. Dalam skema UNESCO, terdapat UNESCO Creative City Network di mana ada 246 kota kreatif di dunia pada 7 bidang penting. Misalnya musik, gastronomi, literatur, crafts and folk art, design, media art, dan film. Dari 7 bidang penting tersebut, Ambon dinobatkan sebagai kota kreatif yang berbasis musik.

Ambon City of Music telah mencetak terobosan baru dari pariwisata Indonesia yang konvensional. Ia bergerak menjadi pariwisata modern berbasis musik atau dikenal sebagai music tourism. Wakil Wali Kota Ambon menuturkan, inovasi ini memiliki pasar mancanegara pada 47 kota musik dunia dan 246 kota kreatif UNESCO.

Penetapan Ambon sebagai kota musik dunia bukanlah sekedar gelar kebanggaan semata, namun tidak sedikit masyarakatnya yang memang menjiwai musik. Sebagai contoh, di SMP Negeri 4 Ambon Maluku, para guru mengajarkan seni musik dengan cara yang tidak kaku. Guru berupaya mengatasi kesulitan siswa dengan mengaransir lagu mancanegara dengan menggunakan aransemen sederhana terlebih dahulu. Lalu untuk mengatasi keterbatasan waktu, guru memanafaatkan kegiatan ekstrakulikuler.

Value

Dinobatkannya Ambon sebagai kota musik dunia oleh UNESCO merupakan suatu kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di provinsi Maluku. Kepedulian berbagai pihak terhadap konservasi budaya dapat menciptakan penghargaan yang luarbiasa. Koleksi ini merupakan salah satu mahakarya yang berasal dari Maluku, yang memiliki kota yang dinobatkan sebagai kota musik dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here