
Piring itu tidak hitam kelam
Istilah piringan hitam (PH) di Indonesia sudah umum digunakan untuk menyebut media rekam suara berbentuk lingkaran, berbahan vinil dan berwarna hitam. Sebutan ini sebenarnya tak sepenuhnya pas. Ini karena ada warna-warna lain yang bukan hitam. Dalam industri musik internasional PH ini disebut dengan nama vinyl.
Dari koleksi yang ada di Museum Musik Indonesia (MMI) terdapat beberapa vinil yang warnanya cerah beraneka ragam, tidak hitam kelam. Ada merah, orange, hijau dan biru. Jumlahnya memang tak banyak, hanya 13 keping dibanding total koleksi vinil di MMI yang lebih dari 5.000 buah.
Vinil berwarna diMMI tersebut sebagian besar diproduksi oleh label rekaman dari negara Cina seperti Bell Sing Record, World Record, Crown Record dan Liming Record. Artisnya antara lain The Hollies, The Mama’s & Papa’s, Tijuana Brass, Otis Reeding dan The Byrds. Itu nama-nama yang pernah populer di tahun 70an. Untuk label dalam negeri Remaco pernah merilis vinil berwarna biru dengan album berjudul Aneka 12 volume 2. Penyanyinya antara lain Tetty Kadi, Tatty Saleh, Tuty Taher, Anna Mathovani, Upit Sarimanah dll.
Dari Kota Malang, Nova Ruth dan Toto Tewel juga pernah membuat vinil berwarna merah yang dipasarkan ke seluruh dunia khususnya pada komunitas-komunitas pecinta World Music. Vinil ini dipajang di dinding MMI.
Yang istimewa, ada satu-satunya vinil berwarna hijau di MMI. Benda ini adalah album dari Group Traces of You dari Italy dan diberikan langsung oleh group tersebut saat berkunjung ke MMI tahun 2013. Saat itu mereka konser di Kota Malang dalam rangkaian tour di beberapa negara. Jenis musiknya adalah hard-core yang berisi 12 lagu.
Keanekaragaman koleksi museum adalah salah satu aset utama yang dimiliki oleh sebuah museum. Terima kasih pada semua fihak yang telah berkontribusi sehingga roda-roda MMI (Museum Musik Indonesia) terus berputar dan hidup berkelanjutan (HHW).