Ensiklopedia Musik Indonesia Jilid 1 Lagu Ambon & Maluku

0

Oleh Faizzatus Sa’diyah, Elsa Izaty Permatasari

MUSIK mendarah daging pada masyarakat Ambon. Umumnya mereka dikenalkan pada music sejak berusia dini. Musik yang dikenalkan mayoritas musik yang berasal dari Manhattan, Inggris, Amerika dan bergenre jazz, rock, reggae, dll.Pembelajaran music ditanamkan dalam lingkup keluarga atau rumah tangga hingga dalam Gereja. Sebuah rahasia Bob Tutupoly, Glenn Fredly, Ruth Sahanaya, Jopie Latul, Daniel Sahuleka, dan masih banyak yang lainnya. Ambon merupakan sebuah kota yang juga ibukota provinsi Maluku. Daerah yang secara topografi terdiri dari 30% bukit-bukit kecil, sisanya gunung dan pantai. Tahun 2019, Konferensi Musik Indonesia pertama digelar di Ambon yang salah satu inisiatornya ialah Glenn Fredley dengan dukungan oleh Walikota Ambon. Pada tahun yang sama, UNESCO meresmikan Ambon menjadi Kota Musik Dunia pertama di Indonesia.

Edisi pertama ensiklopedia ini menyajikan 100an lagu dari 6 album koleksi kaset Museum Musik Indonesia.Pemilihan tersebut berdasarkan data registrasi dan identifikasi koleksi museum tahun 2018 yang menemukan 267 album musik Ambon berwujud album rilisan fisik piringan hitam-kaset-CD/DVD/VCD.Mempertimbangkan kondisi koleksi dalam keadaan baik, aksesibel, dan siap digunakan, akhirnya terpilih 6 buah album koleksi kaset yang memuat 106 lagu.Album-album tersebut mengandung 7 tema besar yang lekat dengan siklus hidup orang Ambon, diantaranya yakni; kisah perantauan orang Ambon, hubungan kekeratan orang Ambon dan pela gandong, keindahan pulau Maluku, Ambon dan dunia maritim, folklore, dansa, dan cinta.Tema yang paling menonjol adalah tentang perantauan dan imigrasi.

Sejarah merantau atau imigrasi orang Ambon telah berlangsung sejak zaman colonial.Ambon adalah kota colonial pertama di Asia Tenggara sekaligus daerah pertama di Nusantara yang dikontrol Belanda sejak abad 17 (Abdulgani, 2018:10). Indonesia menjadi koloni belanda yang dikuasai oleh kongsi dagang VOC yang terbentuk tahun 1602. Pemerintahannya berpusat di Jawa dan Kepulauan Maluku termasuk Ambon didalamnya merupakan focus utama perdagangan rempah yang sangat menguntungkan (Spoorman, 2016:320).Menurut Cribb & Kahin, pada masa itu hanya sedikit kesempatan kerja yang tersedia untuk orang Ambon.Menjadi tentara pemerintah koloni Hindia-Belanda atau anggota KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) yang direkrut VOC merupakan salah satu kesempatan kerja yang tersedia. Situasi ini mendorong mereka untuk bermigrasi dengan pergi sebagai kaum migran ke Batavia (Jakarta) dimana tempat kantor pusat VOC berada. KNIL terbentuk tahun 1830 oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch yang ditujukan agar pemerintah colonial Hindia-Belanda punya pasukan militer sendiri.Pada 26 Juli 1950 KNIL bubar setelah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia.Sebagian mantan anggota KNIL ada yang dipindahkan menjadi anggota Angkatan Darat Belanda, Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat, dan sebagian lainnya didemobilisasi. Ambon dengan populasi kristennya yang besar memiliki hubungan kolaborasi Panjang dengan Belanda dan memiliki kesetiaan atau sentiment pro-Belanda kuat. Saat Belanda berupaya menegakkan Kembali kewenangannya dengan ‘aksi polisional’ yang dikenal dengan agresi militer Belanda dan beberapa wilayah bagian Hindia Belanda tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Maluku Selatan yang didalamnya termasuk Ambon ingin merdeka terlepas dari NKRI. Mereka mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 25 April 1950. Namun Gerakan tersebut ditumpas menjelang akhir tahun 1950.Orang Ambon mantan tentara KNIL yang masih setia dengan kerajaan Belanda dikirim ke Belanda Bersama keluarga mereka sebanyak 12.500 orang melalui persetujuan khusus dengan Belanda pada akhir tahun 1950. Pemerintah Belanda memutuskan untuk merepatriasi mereka bersama keluarganya ke negeri Belanda untuk demobilisasi.Imigran Maluku yang tiba di Belanda tahun 1951 datang dalam keadaan serba terbatas dan ditempatkan di bangsal bekas kamps konsentrasi NAZI yang dingin dan lembab.Mereka hidup sepenuhnya mengandalkan bantuan pemerintah Belanda. Tahun 1954 bursa kerja untuk para imigran Maluku di Belanda dibuka.Bursa kerja ini dibuka melihat kondisi bahwa imigran Maluku tidak mungkin Kembali lagi ke tanah air. Kesempatan kerja yang tersedia kebanyakan sebagai buruh tak berkeahlian yang bekerja di pabrik dan pelabuhan. Awalnya keluarga imigran ini berpikir bahwa hanya sementara ditempatkan di Belanda dengan harapan setelah ada kesepakatan antara pemerintah Belanda dan Indonesia, mereka akan dipulangkan Kembali ke Ambon. Tapi hal itu tidak terlaksana padahal banyak dari mereka berharap Kembali ke tanah air. Pada konteks inilah lagu Ambon bertema kerinduan pada kampung halaman, keinginan untuk pulang, serta rindu pada ibu dan kerabat sangat relevan (Abdulgani, 2018:10-11, Barendregt, 2016:3).

Kedatangan warga Ambon-Maluku di Belanda sejak tahun 1950-an memberikan sumbangan pada kebangkitan Kembali music Hawaiian.Disisi lain kontribusi komunitas-komunitas indisch dan Indonesia baru terhadap music Belanda dalam tahun-tahun pasca-Perang Dunia ll juga terbayang-bayang oleh ‘Indo rock’.Pada perkembangannya, music Ambon-Maluku menerima dampak signifikan pengaruh Barat. Mereka berlatih dan memainkan gaya yang baru dari barat sperti foxtrot dan cha-cha dengan lagu berbahasa Maluku.Seorang etnomusikolog Jaap Kunts menulis tentang music Maluku bahwa ‘tiada tempat lain di kepulauan ini—kecuali Sangir, Talaud dan Minahasa—di mana kita temukan keruntuhan identitas kultural yang begitu rupa. […] Hanya secara sporadic saja dapat kita jumpai beberapa peningkatan warisan kebudayaan kuno yang belum rusak (Kunts 1945 dalam Spoorman, 2016:322). Dia mengabaikan fakta bahwa tradisi music niscaya tidak stabil dan selalu terbuka untuk perubahan. Genre-genre music popular sering dinaifkan oleh Kunst dan para musikolog lain. Padahal music tersebut juga berperan dalam pembentukan identitas nasional dan kedaerahan serta berdampingan dengan music tradisi seperti keroncong.

Meskipun Ambon-Maluku dikenal berkat kekayaan musiknya, hingga kini tak banyak penelitian substansial tentang music kepulauan ini dalam konteksnya (Kartomi 1994 dalam Spoorman, 2016:320). Banyak lagu yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi dalam Bahasa local dalam wilayah tertentu.Dalam bidang kajian folklore, lagu-lagu berbahasa daerah seperti berbahasa Ambon-Maluku dikategorikan sebagai lagu rakyat (folksong).salah satu petunjuk untuk mencari tahu konteks sosio-historis lagu rakyat Ambon-Maluku yakni melalui Bahasa yang digunakan dalam lagu tersebut; Bahasa Melayu Ambon.Bahasa Melayu merupakan variasi linguistic yang luas mencakup variasi standar dengan perbedaan structural (yakni antara Indonesia dan Malaysia), dialek dan rantai dialek serta beberapa jumlah dari variasi pidgin dan ‘kreol’.Secara linguistic, Bahasa Melayu Ambon digolongkan sebagai Bahasa kreol (abdulgani, 2018:10-11).

Ensiklopedia Musik Indonesia Jilid 1 Lagu Ambon & Maluku, merupakan upaya pengkajian musik Ambon melalui lagu dan interpretasi. Masih panjang dan banyak evaluasi untuk pengembangan karya ini kedepannya. Beberapa kesulitan seperti penerjemahan istilah dalam Bahasa Ambon yang sulit padanan katanya dalam Bahasa Indonesia maupun ke dalam Bahasa Inggris untuk versi terjemahan, membuka peluang bagi kajian tradisi lisan melalui musik Ambon. Kedepannya, sangat berharap dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak yang lebih luas untuk bersama-sama mengembangkan kajian musik dalam bentuk ensiklopedia ini.

Acuan:

Abdulgani, Fuad, 2018, ‘Pulang Aleyo’, Newsletter Folk Music Festival

Barendregt, bart & Bogarts, Els, 2016, ‘Merenungkan Gema: Menyimak Warisan Musik Indonesia-Belanda,’ Merenungkan Gema Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda (terj.), Jakarta: KITLV Jakarta dan Yayasan Pusaka Obor Indonesia

Spoorman, Rein, 2016,’Tradisi dan Inspirasi Kreatif: Perjumpaan Musik Komunitas Maluku di Belanda’, Merenungkan Gema Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda (terj.), Jakarta: KITLV Jakarta dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

*Penyunting Ensiklopedia Musik Indonesia Jilid 1 Lagu Ambon & Maluku, 2022.

** Dimuat dalam Ensiklopedia Musik Indonesia Jilid 1 Lagu Ambon & Maluku, 2022, ISBN 978-602-462-877-2.Diterbitkan Museum Musik Indonesia dengan dukungan dari International Centre for the Study of the Preservation and Restoration of Cultural Property (ICCROM) Italy, Cultural Heritage Administration (CHA) Korea, tim COLLASIA, Program Studi Antropologi Budaya Universitas Brawijaya, Malang, Ambon Music Office.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here