Seniman dan Pencatat Zaman XII: Pak Kasur & Bu Kasur

0
Jenis koleksi: Kaset
Judul album: Kaset Lagu anak-anak BELAJAR MENYANYI bersama PAK KASUR & BU KASUR.
Musisi: Pak Kasur dan Bu Kasur
Label: Istana Musik Record, Jakarta
Tahun: 1980
Jumlah lagu: 19
Susunan lagu1.Neng, Neng, Neng
2.Siapa dapat Berbaris
3.Hari Sekolahku
4.Nama Hari
5.Tari Bangku
6.Adik Menari
7.Kuda Lumping
8.Pandai Menggambar
9.Pandai Menulis
10.Pandai Berhitung
11.Sakit Gigi
12.Jika Aku Sembuh Kembali
13.Ayamku
14.Kucingku
15.Kelinciku
16.Bebekku
17.Pohon Jambu
18.Buah Berduri
19.Selamat tinggal Bu Guru

Koleksi Museum Musik Indonesia

Senin Selasa Rabu Kamis
Jumat Sabtu Minggu
Itu nama-nama hari
Rajin belajar lekas pintar
Anak yang pemalas tidak naik kelas

(Nama Hari, Pak Kasur)

Lirik yang sederhana adalah ciri khas lagu-lagu ciptaan Pak Kasur.Lagu-lagunya menjadi klasik dan legenda bagi anak-anak. Hingga hari ini kita masih kerap mendengar dan menyanyikan lagu-lagu ciptaan Pak Kasur tanpa kita sadari bahwa lagu tersebut buah karya Pak Kasur. Dua Mata Saya, Balonku Ada Lima, Topi Saya Bundar, Bangun Tidur, Lihat Kebunku, Sayang Semuanya.

Selain lirik yang sederhana, lagu-lagu yang ditulis Pak Kasur mengandung nilai-nilai edukasi bagi anak-anak.Pelajaran berhitung, mengenal warna, tubuh, nama hari, nama buah, nama binatang, nama tanaman, kebiasaan bangun pagi, rajin sekolah, membantu orang tua. Bagi Pak Kasur, peran lagu dalam pembinaan anak sejak kecil, bukan semata untuk menghibur, tetapi juga untuk memberi pengetahuan, serta membangun mental dan mencintai lingkungan dan tanah air. (Ensiklopedia Musik,Yapi Tambayong, Jakarta,1992)

PAK KASUR

SOERJONO  adalah nama Pak Kasur. Lahir di Serayu, Banyumas Jawa Tengah, 26 Juli 1914.Pendidikan: HIS, MULO, HIK. Pekerjaan: Guru HIS di Sumedang Jawa Barat (1938), Guru HIS di Bandung (1939-1945), Cinedrama Institute Yogyakarta (1950), Anggota Panitia Sensor Film di Jakarta dan pemimpin siaran anak-anak di RRI Jakarta (1952), tenaga honorer pada siaran anak-anak TVRI (1960-1966), Yayasan Setia Balita di Jakarta.

Panggilan ‘Kasoer’ diperolehnya pada 1939, ketika sebagai pimpinan Kepandoean Bangsa Indonesia ia disebut Kakak atau Kak Soerjono, lama-lama menjadi Kasoer.Ia anak bungsu di antara sembilan bersaudara. “Saya ini anak desa tulen, dari keluarga ndeso yang buta huruf,” katanya. (Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984, Grafiti Pers, Jakarta, 1984)

Ayahnya Reksomenggolo, meninggal ketika Soer berusia enam tahun. “Untung masih bisa ikut Kakak,” tuturnya. Akibatnya, tiga tingkat sekolah diselesaikannya di beberapa tempat; Pekalongan, Semarang, Wonosobo, Purwokerto, Magelang.

Ketika di HIK, ia menambah uang saku dari hasil kepintarannya menggambar, juga main sepak bola.”Sekali ikut pertandingan, saya dapat lima perak,” katanya. Di zaman Jepang, ia berjualan kecap dan sabun. Kepintarannya mendalang, mendongeng dan melawak turut mendukung profesinya sekarang, “momong anak” meminjam istilahnya sendiri.

Profesinya sebagai guru dimulai begitu tamat MULO pada 1938, di Arjuno School milik Yayasan Teosofi NIATWU. Jepang masuk, Soerjono menolak menjadi guru. Ia dipanggil Moch.Natsir yang memimpin sebuah lembaga pendidikan di Bandung. Ikut memanggul senjata di masa revolusi sambil mendalang “Wayang Suluh”.Pada masa inilah ia bertemu dengan gadis Sandiah, anggota Palang Merah, kini Bu Kasur.

Masih sebagai guru, 1950-an suami istri Kasur pindah ke Jakarta.Pada 1953, mereka mendirikan Taman Kanak-kanak, Taman Putra (SD), dan Taman Pemuda (SLP-SLA).Namanya terkenal ke seluruh tanah air melalui siaran anak-anak RRI Jakarta yang telah dimulainya sejak di Bandung.Lagu-lagu ciptaannya pun melejit, misalnya: Naik Delman, Sepedaku, dan Bangun Tidur.Sempat menjadi anggota Badan Sensor Film dan mengasuh acara Tepat Tepat di TVRI, sejak 1966 ia mengundurkan diri. Sejak itu Bu Kasur mengambil alih tugasnya.

Geraknya masih lincah ketika menari di depan anak-anak.”Mengajar bukan memerintah, tapi memberi contoh,” katanya.Bersama Bu Kasur, ia menangani Yayasan Setia Balita yang membawahkan sekolah-sekolah mini (TK) di Jalan Tanjung Pejaten dan Kebon Binatang IV, Jakarta. Sekitar 140 lagu anak-anak diciptakannya.Hanya beberapa yang dikasetkan, tersebar di kalangan anak-anak asuhannya. “Ini untuk mendidik bukan cari untung” kata Pak Kasur.Beliau wafat 26 Juni 1992.

BU KASUR

SANDIAH nama asli Bu Kasur, penyanyi, pemain gitar dan pedagog. Ia lahir di Jakarta, 16 Januari 1926 dari keluarga Jawa yang ketat sekaligus berbicara Belanda dalam sehari-hari. Pertama kali ia belajar menyanyi dari Ny.Barendsen di Ardjoena Eerste School. Dengan latar belakang itu pulalah ia sering, setelah menikah dengan Soerjono yang dikenal sebagai Pak Kasur itu, muncul menyanyi sambil memetik gitar, baik di pusat pendidikan pra sekolah maupun di pertemuan khusus lainnya di luar negeri. Ia juga memiliki latar tari. Tari dipelajarinya ketika ia beranjak remaja di MULO (Meer Uitgebried Lager Ondewijs). Setelah itu, perhatiannya terhadap pendidikan anak pra sekolah mendapat pujian. Selain membuka pendidikan pra sekolah tersebut, ia juga mengasuh acara tetap di TVRI “Taman Indria” untuk anak-anak, serta rubrik khusus di harian Pikiran Rakyat, Bandung. Ia mengaku, segala yang telah disumbangkannya bagi bangsa, baru merupakan hal kecil.Katanya kepada penyair Sides Sudyarto DS yang menuliskan itu di harian Media Indonesia (26/9/90). ”Kami tidak menyangka, apa yang pernah kami lakukan dahulu, dianggap berguna bagi orang lain.Padahal kami hanya berbuat sedikit sekali,” Memang, ia sangat dikenal sebagai seseorang yang paling tinggi dedikasinya bagi pendidikan dunia anak. Tahun 1976 ia memperoleh penghargaan internasional dari Adelaide Ristori, Italia.

LAGUNYA DIBAJAK

Bu Kasur mulai mencipta lagu, ketika putranya Bowo yang kena folio dirawat di YPAT Solo. Sewaktu Bowo mulai belajar berjalan, tanpa disadari saking gembiranya Bu Kasur “menyanyi”, mengiringi putranya yang berjalan masih tertatih-tatih. Sejak dari situlah Bu Kasur mendapat ilham untuk mencoba menulis lagu anak-anak di samping suaminya. Pak Kasur sendiri sudah lama dikenal sebagai penulis beratus-ratus lagu anak-anak, seperti Kring-kring Ada Sepeda, Naik Delman, Lihat Kebunku, dan lain-lain yang sudah populer di kalangan anak-anak. “Sayang sekali di sini belum dibuat undang-undang hak cipta, padahal sejak Pak Kasur pulang dari Eropa, telah diusulkan kepada RRI agar lagi-lagu ciptaan siapa saja diberi hak paten. Jangan sampai orang begitu saja membuat rekaman lagu-lagu tanpa setahu si pencipta”.

Apa pernah terjadi pembajakan atas lagu-lagu Pak Kasur? “Hampir semua lagu ciptaan Pak Kasur direkam orang tanpa sepengetahuan kami. Suatu kali pernah ada orang yang datang sambil membawa kaset, dia bilang; Saya telah merekam lagu-lagu bapak dan ini imbalannya sambil tangannya mengangsurkan uang sepuluh ribu rupiah. Jelas Bapak marah! Bukan imbalannya itu yang dipermasalahkan, tetapi di mana itu kesopansantunan orang tadi yang main rekam dan ijin belakangan. Inilah hal yang tidak disenangi Pak Kasur. Uang itupun dikembalikan lagi, orang itupun tersipu-sipu, minta maaf dan mengakui kesalahannya”. (Wawancara Bu Kasur oleh Bens Leo, Aktuil Edisi 221 Tahun 1977)

Bu Kasur wafat di Jakarta, 22 Oktober 2002.Dimakamkan di samping makam Pak Kasur di Desa Kaliori, Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah.

Terima kasih Bapak dan Ibu Kasur untuk lagu anak-anak yang menginspirasi.

DARURAT LAGU ANAK

“Hendaknya kita tetap meletakkan pendidikan nyanyi anak-anak pada proporsi yang wajar. Berilah mereka thema lagu anak-anak yang menarik, dan ajarkan bagaimana teknik nyanyi yang sesuai dengan usianya!” kata bu Kasur menanggapi modus komersialisasi vocal anak-anak. (Cegahlah Anak Kecil Nyanyi Lagu Orang Dewasa. Wawancara Bu Kasur oleh Bens Leo, Aktuil Edisi 221 Tahun 1977).

Salah satu solusi adalah berkunjung ke Museum Musik Indonesia di Jalan Nusakambangan 19 Kota Malang. Museum Musik Indonesia menyimpan banyak koleksi lagu anak, baik itu kaset maupun vinyl. Memutar kembali, membuat kajian dan mementaskan lagi dengan konteks kekinian, Tentu setelah masa PPKM Darurat selesai. Semula dari tanggal 3 hingga 20 Juli 2021.Namun berlanjut hingga akhir Juli 2021. Sampai jumpa di Museum Musik Indonesia.

Sumber kepustakaan:
– Aktuil Edisi 221 Tahun 1977, Wawancara Bu Kasur oleh Bens Leo
– Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984, Grafiti Pers, Jakarta, 1984
– Ensiklopedi Musik Jilid 2, Yapi Tambayong, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1992

(Abdul Malik, diketik ulang dari berbagai sumber, bersambung)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here