EAST NUSA TENGGARA
Type of Collection | : Cassette |
Artist/Group | : Realino Sapientia Et Vertum |
Album Title | : Oe Lawa Embong |
Origin | : Manggarai, Nusa Tenggara Timur |
Language | : Nusa Tenggara Timur |
Year of Release | : 2003 |
Label | : Jayabaya Record |
Serial number | : No Data |
Contributor | : Museum Musik Indonesia, 2021 |
Reference Links:
- http://www.realino.usd.ac.id/realinousd/profil
- https://gsumariyono.wordpress.com/2019/08/16/realino-2-2/
Tracklist
No | Title | Songwriter | Singer |
SIDE A: | |||
1 | Oe Lawa | Paul, Ignas, Sinda | Sarus |
2 | Wadage | Paul S. Nokar & Sinda D | Imelda M. Kebaru |
3 | Rani Nai | Paul S. Nokar & Ignas A | Sarus |
4 | Ende | Paul S. Nokar & Ignas Aleng | Sinda D |
5 | Reba Lomes | Paul S. Nokar | Sarus |
SIDE B: | |||
1 | Kole | Paul S. Nokar & Sinda D | Sarus |
2 | Embong | Paul S. Nokar & Sinda D | Sarus |
3 | Rambang Bali | Paul S. Nokar & Iqnas | Sarus |
4 | Yo Morigo | Paul S. Nokar & Sinda D | Imelda M Kebaru |
5 | Manggarai Manise | Paul S. Nokar & Sinda D | Sinda D |
Biography
Realino refers to the name of a male-only student dormitory in Yogyakarta which was established in 1957. The residents of the dormitory are of various ethnicities living in Indonesia. From the very beginning, the main concern of the establishment of Realino was to shape the future of Indonesia’s intellectual candidates with the basic spirit of Sapientia et Virtus (Policy and Virtue). Furthermore, apart from being a hostel name, Realino developed into an intellectual community. The goal is that members and alumni are able to produce thoughts based on independent, precise and considerate decisions. Not only dwelling on matters of religion, ethnicity and their primordiality.
It could be that the Realino hostel concept was the inspiration for the birth of the Realino group from Manggarai, East Nusa Tenggara. The basic spirit of Sapientia et Virtus which used in Yogya is also used in Manggarai. The eight actors who played a role in producing this Realino recording are:
Executive producer | : Wens Jelahu |
Music | : Mr. Totok dan Mr. Budi (guitar) |
Person in charge | : Paul S. Nokar |
General assistant | : Ignas Aleng |
Singer | : Sarus, Sinda, Melda |
About the Album
This album which was released in 2003 is a compilation album of East Nusa Tenggara folk songs arranged and sung by Realino Group. All of them are relatively new songs but elevate the traditional values that developed in East Nusa Tenggara, and the lyrics use local languages.
The record publisher Jayabaya Record deserves appreciation. This label is very active in producing recordings of folk songs. Not only folk songs from East Nusa Tenggara, but also from the East Java as well as folk songs from the East Indonesia region.
Story
“When all lines of life are invaded by the influence of modernization and become part of the pattern of life of our society, in some places they end up experiencing ‘alienation’ from indigenous culture. For the sake of improving the quality of life, we cannot close ourselves to modernization; However, this does not mean that our indigenous culture which is in sync with the teachings of the Catholic religion is immediately uprooted from our friendship. As sons and daughters of Manggarai Realino who carry the flag of ‘Sapientia et vertum‘ (wisdom from conscience) invite all ine-anne, ase-ka’e lawa Manggarai to ‘reorient‘ our ancestral culture as ‘Mbate dise ane, redeng dise empo ”, wrote Paul S. Nokar as the person in charge of Realino Group on the inside cover of this cassette.
Realino expresses his love for Manggarai through a song called Manggarai Manise. This song was composed by Paul S Nokar and Sinda D and placed at the closing position of the songs on B side of this cassette.
Value
Creation of this album seeks to ‘refresh’ local people’s memories of their ancestral cultural heritage. This is because in the era of rapid modernization, all of memories, local wisdom, ancestral values, regional traditions, have begun to be eliminated by a borderless world. Advancement in technology has both positive and negative impacts. On the positive side, technological advances made it easier for humans to complete a job. But on the other hand, technological progress has also dulled human sensibilities towards culture and nature. Therefore, Realino Group seeks to reinvigorate local or regional cultural values by creating an album containing folk songs from East Nusa Tenggara, specifically in the Manggarai area itself.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Biography
Nama Realino merujuk pada nama dari sebuah asrama mahasiswa khusus laki-laki di Yogyakarta yang didirikan pada tahun 1957. Penghuni asrama adalah beragam etnis yang bermukim di Indonesia. Sejak awal, perhatian utama dari pendirian Realino adalah untuk membentuk masa depan calon-calon intelektual Indonesia dengan semangat dasar Sapientia et Virtus (Kebijakan dan Kebajikan). Selanjutnya selain sebagai nama asrama, Realino berkembang menjadi sebuah komunitas intelektual. Tujuan agar para anggota dan alumninya mampu melahirkan pikiran-pikiran yang didasarkan pada keputusan-keputusan yang independen, tepat and penuh pertimbangan. Tidak hanya berkutat pada soal agama, etnik dan primordialitas mereka.
Bisa jadi konsep asrama Realino ini menjadi inspirasi lahirnya group Realino yang berasal dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Semangat dasar Sapientia et Virtus yang dipergunakan di Yogya juga dipakai di Manggarai. Delapan pelaku yang berperan dalam melahirkan rekaman Realino ini adalah:
Executive producer | : Wens Jelahu |
Musik | : Mr. Totok dan Mr. Budi (gitar) |
Penanggung jawab | : Paul S. Nokar |
General assistant | : Ignas Aleng |
Singer | : Sarus, Sinda, Melda |
About the Album
Album yang dirilis tahun 2003 ini merupakan sebuah album kompilasi lagu-lagu daerah Nusa Tenggara Timur yang diaransemen dan dinyanyikan oleh Realino Group. Semuanya merupakan lagu-lagu yang relatif baru namun mengangkat nilai-nilai tradisi yang berkembang di Nusa Tenggara Timur serta liriknya mempergunakan bahasa daerah.
Apresiasi juga layak kita berikan kepada penerbit rekaman, Jayabaya Record. Label ini sangat aktif memproduksi rekaman lagu-lagu daerah. Tidak saja lagu-lagu daerah Nusa Tenggara Timur tetapi juga dari daerah Jawa Timur serta lagu-lagu daerah dari kawasan Indonesia Timur.
Story
“Ketika semua lini kehidupan dirambah pengaruh modernisasi dan menjadi bagian dari pola kehidupan masyarakat kita, di beberapa tempat akhirnya mengalami ‘alienasi’ atau keterasingan dengan budaya pribumi. Demi peningkatan kualitas kehidupan, kita tidak bisa menutup diri terhadap modernisasi; namun demikian tidak berarti budaya pribumi kita yang syncrtik dengan ajaran agama Katolik serta-merta terdongkel dari persahabatan kita. Sebagai putra-putri Manggarai Realino yang berbendera ‘Sapientia et vertum’ (kebijaksanaan yang bersumber pada hati nurani) mengajak sekalain ine-anne, ase-ka’e lawa Manggarai untuk ‘mereorientasi’ budaya leluhur kita sebagai ‘Mbate dise ane, redeng dise empo”, tulis Paul S. Nokar selaku penanggung jawab Realino Group pada cover bagian dalam kaset ini. Kecintaan terhadap Manggarai diekspesikan oleh Realino lewat lagu berjudul Manggarai Manise. Lagu ini diciptakan oleh Paul S Nokar dan Sinda D dan ditempatkan pada posisi penutup deretan lagu-lagu di Side B kaset ini.
Value
Album yang diciptakan oleh Realino group ini berupaya untuk ‘merefresh’ kembali memori-memori masyarakat lokal terhadap warisan budaya leluhur. Hal ini dikarenakan di era modernisasi yang kian pesat, memori-memori, kearifan lokal, nilai-nilai leluhur, tradisi-tradisi daerah, sudah mulai tersingkirkan oleh dunia yang semakin borderless. Kemajuan teknologi memiliki dampak positif dan negatif. Pada sisi yang positif, kemajuan teknologi telah mempermudah manusia untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun pada sisi yang lain, kemajuan teknologi juga telah menumpulkan suatu kepekaan-kepekaan manusia terhadap budaya dan alam. Maka dari itu, Realino Group berupaya untuk menyegarkan kembali nilai-nilai budaya lokal atau daerah cara menciptakan sebuah album yang berisi lagu-lagu daerah Nusa Tenggara Timur, di mana secara spesifiknya di daerah Manggarai itu sendiri.
(Writer: Edra-Museum Musik Indonesia)