EAST JAVA
Type of Collection | : Cassette |
Artist/Group | : Karawitan Sekati Laras (Pimp. Koerdi) |
Album Title | : Pahlawan Ronggolawe (Ronggolawe Hero) |
Origin | : Tuban, East Java |
Language | : Java |
Year of Release | : – |
Label | : Surya Record |
Serial number | : 109 |
Contributor | : Museum Musik Indonesia, 2021 |
References :
- https://www.boombastis.com/mengenal-sosok-ronggolawe/75574
- https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=819896
- http://intisari-wongjawa.blogspot.com/2012/07/lirik-lagu-campursari-gendhing-dan_4182.html
This album is a recording of the musical group “Sekati Laras” led by Koerdi. The existence of a slight tear or physical damage to this recording made it quite difficult for us to dig deeper information related to the recording which tells the story of the Majapahit Kingdom.
Biography
Karawitan is the art of gamelan and sound art with slendro and pelog scales. This art is famous in Java and Bali. The term karawitan comes from the Javanese word “rawit” which means smooth and soft. So karawitan means the softness of feeling contained in gamelan art. While the karawitan group is a group that plays gamelan instruments simultaneously.
These are list of following musical artists in this album:
- Koerdi
- Soebari
- Nyi Reni Soedjinah
- Nyi Soekirah
- Nyi Sarpi
- Nn. Sri Hariyati
About the Album
This album is a recording of Tayub Dance accompaniment music which tells about a hero in the Majapahit Kingdom named Ronggolawe. Tayuban, is one of the Javanese arts that contains elements of beauty and harmony of motion. This dance is similar to the Jaipong dance from West Java. The element of beauty is followed by the dancer’s ability to perform the dance that is performed. Tayub dance is similar to the more popular Gambyong dance from Central Java. This dance is usually held at weddings, circumcisions and big events such as the independence day of the Republic of Indonesia. Celebration of victory in village head elections, as well as village clean up events. Members who participate in this art consist of sinden, gamelan stylists and dancers, especially women. Tayub dance dancers can be performed alone or together, usually the event organizer (male). The event is held at midnight between 9:00 and 03:00 in the morning. Tayub dance dancers are better known as ledhek initiation.
Tayub dance is a social dance that is presented to establish community social relations. Some Islamic religious leaders consider Tayub Dance to violate religious ethics, because this dance is often accompanied by drinking alcohol. When dancing the Tayub Dance, the female dancer called Ledek invites male dancers by draping a shawl called a sampur to the man who is invited to dance. There is often competition between one male dancer and another male dancer, this competition is shown by giving money to Tledek (the term female tayub dancer).
Story
Ranggalawe was one of Raden Wijaya’s followers who contributed greatly to the struggle to establish the Majapahit Kingdom, but died as the first rebel in the history of this kingdom. His big name is remembered as a hero by the people of Tuban Regency to this day. He was one of the most influential figures of his time. For most people this name is certainly foreign, but in the eyes of historians Ronggolawe is a very well known figure, even more famous than Raden Wijaya aka the first king of Majapahit. There are several reasons for this. First, Ronggolawe was one of the first pillars of Majapahit, and the second was about its horrendous rebellion at that time.
Many literatures say that Ronggolawe is a descendant of a great person, more precisely the son of Arya Wiraraja. This figure is indeed not a noble, but he has a very important position in Singasari Kingdom, namely as an advisor to the king. The beginning of Majapahit is in the life scenario of a Ronggolawe. At first Ronggolawe was sent by his father to help Raden Wijaya open a forest. This forest itself was originally used as a hunting ground for Jayakatwang, the king of Kediri, but later became the center of the Majapahit government. Raden Wijaya and Ronggolawe may have initially only been messengers of the king of Kediri. However, both of them are determined to be able to overthrow this kingdom and establish their own dynasty. The process was certainly very difficult and bloody, but thanks to the loyalty of a Ronggolawe, Raden Wijaya was finally able to assume the position of king.
Ronggolawe’s tribute could be said to be very large for Majapahit. But, when this kingdom was established, he did not get a proper place. From the start, Ronggolawe had wanted to become patih (governor) and accompany Raden Wijaya until the end of his life. Unfortunately, this great goal was never achieved. Ronggolawe was very angry and offended when a character named Nambi was appointed as patih. Nambi himself is considered to have never had any service to Majapahit. Being angry, Ronggolawe strongly protested Raden Wijaya’s decision. This is also the beginning of the end of the story of the great character’s life. Raden Wijaya actually really regretted Ronggolawe’s actions. However, he was also very angry because the protest made by his close friend was very insulting to him. Until finally it was decided that the Majapahit troops should suppress him, besides Ronggolawe, they had intended to carry out a large-scale rebellion. The battle between Ronggolawe and the Majapahit troops was inevitable. Until finally, after deadly duels, this figure of Majapahit authority died at the hands of troops from the kingdom he had built with great difficulty. This story is recorded as the first rebellion of Majapahit.
Value
The Ronggolawe Rebellion is a historical incident that can be learned. Ronggolawe was disappointed with Raden Wijaya because he himself was too hopeful to be appointed as a patih. But on the other hand, Raden Wijaya himself is also not wise in making a decision. Raden Wijaya should have appointed a patih according to the soldiers who contributed the most to the kingdom. Therefore, a conflict between Raden Wijaya and Ronggolawe could not be avoided, causing a split in the Majapahit Kingdom.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Album ini merupakan karya rekaman dari grup karawitan “Sekati Laras” yang dipimpin oleh Koerdi. Adanya sedikit robekan atau kerusakan pada fisik rekaman ini membuat kami cukup kesulitan untuk menggali informasi lebih dalam terkait rekaman yang bercerita tentang Kerajaan Majapahit ini.
Biography
Karawitan adalah seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Kesenian ini terkenal di Pulau Jawa dan Bali. Istilah karawitan berasal dari bahasa Jawa yaitu kata “rawit” yang berarti halus dan lembut. Jadi karawitan berarti kelembutan perasaan yang terkandung dalam seni gamelan. Sedangkan grup karawitan merupakan sebuah kelompok yang memainkan instrumen musik gamelan secara bersamaan.
Berikut daftar musisi atau seniman karawitan dalam album ini:
- Koerdi
- Soebari
- Nyi Reni Soedjinah
- Nyi Soekirah
- Nyi Sarpi
- Nn. Sri Hariyati
About the Album
Album ini merupakan sebuah rekaman dari musik pengiring Tari Tayub yang menceritakan tentang pahlawan di masa Kerajaan Majapahit yang bernama Ronggolawe. Tayuban, merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek.
Tari Tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. Beberapa tokoh agama Islam menganggap Tari Tayub melanggar etika agama, dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. Pada saat menarikan Tari Tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. Sering terjadi persaingan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita).
Story
Ranggalawe adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, tetapi meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Kabupaten Tuban sampai saat ini. Ia adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di zamannya.
Bagi kebanyakan orang nama ini tentu asing, tapi di mata para sejarawan justru Ronggolawe adalah sosok yang sangat dikenal, bahkan lebih terkenal dari Raden Wijaya alias raja pertama Majapahit. Alasannya sendiri ada beberapa hal. Pertama, Ronggolawe adalah salah satu pilar pertama Majapahit, dan yang kedua soal pemberontakannya yang sangat menghebohkan pada kala itu.
Banyak literatur yang mengatakan jika Ronggolawe adalah keturunan orang besar, lebih tepatnya adalah putra Arya Wiraraja. Sosok satu ini memang bukan bangsawan, tapi ia punya kedudukan yang sangat penting di Singasari yakni sebagai penasehat raja. Awal mula Majapahit terdapat dalam skenario hidup seorang Ronggolawe. Pada awalnya Ronggolawe diutus oleh sang ayah untuk membantu Raden Wijaya membuka sebuah hutan. Hutan ini sendiri awalnya dipakai sebagai tempat berburu Jayakatwang, sang raja Kediri, namun nantinya jadi pusat pemerintah Majapahit. Raden Wijaya dan Ronggolawe mungkin awalnya hanya sebagai orang suruhan raja Kediri saja. Namun, keduanya bertekad besar untuk bisa menggulingkan kerajaan ini dan mendirikan dinasti sendiri. Prosesnya tentu sangat susah dan berdarah-darah, namun berkat loyalitas seorang Ronggolawe, Raden Wijaya pada akhirnya sanggup memangku jabatan raja.
Jasa Ronggolawe bisa dibilang sangat besar bagi Majapahit. Tapi, ketika kerajaan ini berdiri, ia justru tak mendapatkan tempat yang layak. Sejak awal Ronggolawe memang ingin menjadi patih dan mendampingi Raden Wijaya sampai akhir hayat. Sayangnya, cita-cita besar ini tak pernah dicapainya. Ronggolawe sangat marah dan tersinggung ketika seorang tokoh bernama Nambi diangkat sebagai patih. Nambi sendiri dianggap tak pernah memiliki jasa apa pun terhadap Majapahit. Marah, Ronggolawe pun memprotes keras keputusan Raden Wijaya tersebut. Hal ini pun jadi awal mula dari akhir kisah hidup sang tokoh besar itu. Raden Wijaya sebenarnya sangat menyesalkan tindakan Ronggolawe. Namun, ia juga sangat marah karena protes yang dilontarkan sang teman dekat itu sangat menghinanya. Hingga akhirnya diputuskan jika pasukan Majapahit harus memberangusnya, di samping Ronggolawe memang sudah berniat untuk melakukan pemberontakan besar-besaran. Pertarungan antara Ronggolawe dan pasukan Majapahit tak bisa dihindarkan. Hingga akhirnya setelah duel-duel mematikan, sosok pembesar Majapahit ini pun tewas di tangan pasukan dari kerajaan yang dibangunnya dengan susah payah. Kisah ini tercatat sebagai pemberontakan pertama Majapahit.
Value
Pemberontakan Ronggolawe merupakan suatu insiden sejarah yang dapat diambil pelajarannya. Ronggolawe merasa kecewa dengan Raden Wijaya dikarenakan ia sendiri terlalu berharap untuk diangkat menjadi seorang patih. Namun di sisi lain, Raden Wijaya sendiri juga kurang bijaksana dalam membuat sebuah keputusan. Raden Wijaya seharusnya mengangkat patih sesuai dengan prajurit yang berkontribusi paling tinggi terhadap kerajaan. Maka dari itu suatu konflik antara Raden Wijaya dengan Ronggolawe tidak dapat dihindari sehingga menimbulkan perpecahan dalam Kerajaan Majapahit.
Writter: Edra – Museum Musik Indonesia