Jaya Kesuma – Gambang Suling

0

BALI

Type of Collection: Cassette
Artist/Group: Jaya Kesuma
Album Title: Gambang Suling
Origin: Bali, Badung District
Language: Bali
Year of Release: No Data
Label: Aneka
Serial number: 270
Contributor: Museum Musik Indonesia, Malang, 2018

Reference Link:

Tracklist

NO  Song TitleSongwriterLead Vocal
1Gambang SulingNo DataJaya Kesuma
2Semara JayaNo DataJaya Kesuma
3Jaya WarsaNo DataJaya Kesuma
4Sekar GendotNo DataJaya Kesuma
1Tabuh TeluNo DataJaya Kesuma
2Brata YudaNo DataJaya Kesuma
3GinantiNo DataJaya Kesuma

Biography

Balinese gamelan is one type of gamelan in Indonesia. Balinese people prefer to call it “Gambelan”. This gamelan has differences with Javanese gamelan, namely the shape of wilah (blades on saron) is thicker, the form of pencon (gamelan form like bonang) is more number than wilah, the rhythm is faster.

Balinese gamelan is very distinctive, especially through its explosive sound, high speed, and a more dynamic part of the music. The fast rhythm of the music is mainly due to the small cymbal-shaped device commonly called the Ceng-Ceng.

In the categorization of Balinese Gamelan, it has been mentioned that Wayah Gamelan is the oldest type of Balinese Gamelan, which has existed before the XV century. There are several gamelan that fall into this group.

Gamelan gong kebyar is the most common type or type of gamelan music that exists and is most often performed in Bali. Physically Gong Kebyar is a simplification of Gong Gede

About the Album

Gong Gladak Badung’s creation is led by AA PT. Windia and produced by Aneka Recording Company, unfortunately the year of production is not mentioned in this record.

There is one of the most interesting songs on this album, namely the song Gambang Suling as we often hear in Java, which is sung with a melodious voice. But in this album, Gambang Suling is performed without words, namely with the melodious strains of gamelan with Balinese ceng ceng beats but still feels Javanese.

Story

The existence of Gamelan Gambang started from the internal conflict that occurred in the Gelgel Kingdom. Starting from Gusti Ngurah Klanting, one of the sons of Dalem Waturenggong (1460-1550) who could not accept his brother as king, I Gusti Ngurah Tabanan. Knowing this, Dalem ordered to Gusti Ngurah Klanting an unreasonable task with the intention of punishing, namely looking for the lontar belonging to wong gamang (a refined person). In story short, beyond Dalem Waturenggong’s expectation, Gusti Ngurah clanting was able to fulfill his father’s request. The lontar he asked for has been obtained and Dalem is surprised because it is indeed the lontar he wanted.

Through that incident, then the kingdom was divided into two. Unfortunately, before being crowned as king, Gusti Ngurah Klanting was asked to make a set of gamelan whose songs were taken from the lontar. The gamelan xylophone was created whose name was taken from the lontar wong giddy.

The gamelan functioned as a means of equipment in the Ngaben ceremony (Pitra Yadnya). Since then or through instructions from I Gusti Ngurah Klanting, people began to use Gambelan xylophone as an accompaniment to the Ngaben procession.

Value

Gamelan gong is very important as a means of complementing the religious rituals of the Balinese Hindu community. Just like Gladak Badung with Gong Jaya Kesuma’s creations, it is usually used as a means of communication, arts and rituals

Writer: Achmad Djauhari – Indonesian Music Museum

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

INDONESIA

Biography

Gamelan Bali adalah salah satu jenis gamelan yang ada di Indonesia. Orang-orang Bali lebih menyebutnya sebagai “Gambelan”. Gamelan ini memiliki perbedaan dengan gamelan jawa yaitu bentuk wilah (bilah pada saron) lebih tebal, bentuk pencon (bentuk gamelan seperti bonang) lebih banyak daripada wilah, ritme lebih cepat.

Gamelan Bali sangat khas terutama melalui bunyinya yang meledak-ledak, berkecepatan tinggi, serta bagian gending yang lebih dinamis. Ritme musik yang cepat terutama disebabkan oleh perangkat berbentuk seperti simbal berukuran kecil yang biasa disebut Ceng-Ceng.

Dalam pengkategorian Gamelan Bali telah disebutkan bahwa Gamelan Wayah adalah jenis yang paling tua dari Gamelan Bali, yakni telah ada sebelum abad ke XV. Terdapat beberapa gamelan yang termasuk dalam golongan ini.

Gamelan gong kebyar merupakan tipe atau jenis musik gamelan paling umum yang ada dan paling sering dipentaskan di Bali. Secara fisik Gong Kebyar adalah penyederhanaan dari Gong Gede

About the Album

Kreasi Gong Gladak Badung ini dipimpin oleh AA PT. Windia dan diproduksai oleh Perusahaan Rekaman Aneka, sayangnya dalam rekaman ini tidak disebutkan tahun produksinya.

Ada salah satu lagu yang paling menarik dalam album ini yaitu lagu Gambang Suling seperti yang sering kita dengar ditanah Jawa, dimana dinyanyikan dengan alunan suara yang merdu, tetapi yang ada didalam rekaman kaset ini  lagu Gambang Suling dibawakan  tanpa kata kata yakni dengan alunan gamelan yang mendayu dayu dengan pukulan ceng ceng khas Bali namun masih terasa kejawennya.

Story

Keberadaan Gamelan Gambang dimulai dari konflik yang terjadi dalam tubuh kerajaan Gelgel. Bermula dari Gusti Ngurah Klanting salah satu putra dari Dalem Waturenggong (1460-1550) yang tidak bisa menerima kakaknya menjadi raja, I Gusti Ngurah Tabanan. Mengetahui hal tersebut, Dalem memerintahkan kepada

Gusti Ngurah Klanting sebuah tugas yang tidak masuk akal dengan maksud menghukum, yakni mencari lontar milik wong gamang (orang halus). Singkat cerita, diluar dugaan Dalem Waturenggong, Gusti Ngurah klanting bisa memenuhi permintaan ayahandanya. Lontar yang diminta telah didapatkan dan betapa terkejutnya Dalem karena memang lontar itulah yang diinginkannya.

Melalui kejadian itu, kemudian kerajaan dibagi menjadi dua. Sayangnya sebelum dinobatkan menjadi raja, Gusti Ngurah Klanting diminta membuat seperangkat gamelan yang gending-gendingnya di ambil dari lontar tersebut. Terciptalah gamelan gambang yang namanya diambil dari lontar wong gamang.

Gamelan tersebut difungsikan sebagai sarana perlengkapan di dalam upacara Ngaben (Pitra Yadnya). Sejak saat itu atau melalui petunjuk dari I Gusti Ngurah Klanting, mulailah orang-orang mempergunakan Gambelan gambang sebagai pengiring prosesi Ngaben.

Value

Gamelan gong sangatlah penting keberadaanya sebagai sarana pelengkap ritual keagamaan masyarakat Hindu Bali. Seperti halnya Gladak Badung dengan kreasi Gong Jaya Kesuma biasa dijadikan sebagai sarana komunikasi, kesenian dan ritual

Writter: Achmad Djauhari – Museum Musik Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here