Iwan Tompo – Pop Langgam Makassar Abadi Vol. 2

0

SOUTH SULAWESI

Type of Collection: Cassette
Artist/Group : Iwan Tompo 
Album Title: Pop Langgam Makassar Abadi Vol.2,  Bombang Nia’Pa’Risi’Na(Eternal Makassar Pop Songs Volume 2)
Language: Bugis
Year of Release: 1990
Label: Libel Records, Ujung Pandang
Serial Number                           : No Data
Contributor : Yani, Bekasi

Reference Link                        :

Tracklist

NOSong TitleSongwriterVocal
 SIDE A :
1Bombang Nia’Pa’RisinaHerman RohiIwan Tompo
2Sipuliang Memang TongkiRachmansyah/Yahya Dg. NgitungIwan Tompo
3Beru Lipa’ Jako PalengRachamansyah/M. Dg. NabaIwan Tompo
4Salasa PanrannuangkuAm. Dg. Sitaba/Latif BasirIwan Tompo
5Dacing-dacingAbidinsyam/A.LewaIwan Tompo
 SIDE B :
1Teakko TakkaluppaiMadong BIwan Tompo
2Sa’ra Dalle MinasangkuRachmansyah/Arsyad BasirIwan Tompo
3Sa’ra RitangngaAbidinsyamIwan Tompo
4AnjayyaMadong BIwan Tompo
5Passare PappakontunuMadong BIwan Tompo


Biography

IWAN TOMPO (Born in Makassar, September 6, 1952 and died in Makassar, May 23, 2013) is a singer and composer of popular Makassar-Bugis songs from South Sulawesi. He earned the nickname The Maestro of Makassar songs. His presence is a milestone in maintaining the existence of Makassar folk songs. Iwan Tompo is the third of five children from Abdullah Dg. Tompo and Saripa Dg. Five. During his life Iwan Tompo was born and raised in a mediocre family environment or it could be said that he lived a poor life. In order to survive, Iwan Tompo’s parents work as a Copra Service (Purchase Service for Earth Products).

His childhood was spent with his brother and sister at his parents’ house. Even though their lives are mediocre, Hasanuddin’s parents (as he was known as a child) never forced their children to work, they spent their time playing like children in general. However, slightly different from his younger brother and sister, Iwan Tompo, who changed his name several times due to frequent illnesses, admitted that his musical talent and potential began to be shown when he was in junior high school, he mostly sang and listened to music. When he was a teenager, about 14 years old, Iwan Tompo was a guitarist in the band Biston, which consisted of Edi Coman as a bass player, Edi as a keyboard player, Maman a drum player, and Udin as a vocalist. The songs they often bring are songs from the band Deep Purple and The Beatles.

About Album

Iwan Tompo’s album titled Pop Style Makassar Eternal Vol. 2, Bombang Nia’Pa’Risi’Na was released in 1990 by Libel Record. Contains 10 songs by Herman Rohi, Rachmansyah, Yahya Dg. Ngitung, Latif Basir, Am Dg. Sitaba, A. Lewa, Abidinsyam, M. Dg. Sitaba, Madong B, and Arsyad Basir. The music was composed by Iwan Tompo himself, assisted by recording engineer Yadin/Ronny S, and mixing engineer Yadin/Riady. The recording was done at Libel Studio 1 produced by Libel Record which is located at Jl. DR. Wahidin Sudirohusodo No.208, Makassar City (formerly Ujung Pandang), South Sulawesi Province. Libel Record is a record label that produces a lot of South Sulawesi folk songs

Story

Iwan Tompo often become a musical accompaniment in various events, he is also often act as backing vocal. His thick voice with a typical Makassar’s twist was considered suitable for singing folk songs by his friends at the time and received a good response from the public. This is what makes it easy for Iwan Tompo to be known as a singer who has a sweet voice like a finches.

At first, Iwan Tompo joined Irama Baru Record in 1975. This is a recording studio in Makassar City that is still active today, after many recording studios have emerged, including National Record, Suara Emas Record, and Finish Record. Iwan Tompo’s position in Irama Baru Record at that time was as a singer, where previously Iwan Tompo did not have his own album but a compilation album of Bugis folk songs. In the compilation album, he performed 4 of the 12 songs on Ana Malie’s album. The song titles are Salmarani, Cora Keteng, on Idi Pada Elo’ and Wae Mata Bawang.

Following the vacuum state of Irama Baru Record, in 1980 Iwan Tompo made the decision to move to Libel Record, which at that time had his address at Jalan Kalimantan no. 46A, Ujung Tanah District, Makassar. Libel Record is a place for recording activities in terms of producing a song into the form of cassette tapes, CDs and VCDs which are processed into an album worth selling. Iwan Tompo was contracted for approximately 20 years by Libel Records. However, during that time, Libel Record could not manage the company properly, so they experienced the same thing as Irama Baru Record

It was at this time that Irama Baru Record again achieved its glory, by bringing up new ideas from the production management in the industry, such as making the concept of humorous songs (comic) but still using the language and dialect of the Bugis-Makassar culture. Like a song called Garring Apami Inona. The presence of Iwan Tompo as the son of the Makassar region is an enlightenment of Makassar’s typical regional genre music. This responds to the challenges of the development of modern music, so that it can maintain and elevate Makassar folk songs to the national level.

At the end of his life, this veteran singer and songwriter from Makassar-Bugis region suffered from diabetes and complications. The deceased breathed his last at the funeral home, Thursday at around 07:30 WITA, May 23, 2013 at the age of 60 years. Until the end of his life, Iwan Tompo is known to have composed more than 500 songs in Makassar and Bugis Language.

Important score

Iwan Tompo is a figure who needs to be emulated, because he has preserved cultural values, especially in the field of Indonesian traditional music

(Writer: Anang Maret-Indonesian Music Museum)

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Biography

IWAN TOMPO lahir di Makassar, 6 September 1952 dan meninggal di Makassar, 23 Mei 2013 adalah seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu-lagu populer Makassar-Bugis dari Sulawesi Selatan. Ia mendapatkan julukan Sang Maestro lagu-lagu Makassar. Kehadirannya menjadi tonggak dalam mempertahankan eksistensi lagu daerah Makassar. Iwan Tompo adalah anak ketiga dari lima orang bersaudara dari pasangan Abdullah Dg. Tompo dan Saripa Dg. Lima. Semasa hidupnya Iwan Tompo lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang serba pas-pasan atau bisa dikatakan hidup miskin. Demi bertahan hidup orang tua Iwan Tompo bekerja sebagai Jasa Kopra (Jasa Pembelian Hasil Bumi).

Masa kecilnya dihabiskan bersama kakak dan adiknya di kediaman orang tuanya. Meskipun hidup mereka serba pas-pasan, namun orang tua Hasanuddin (sapaan akrab semasa kecil) tidak pernah memaksakan kepada anak-anaknya untuk bekerja, mereka menghabiskan waktunya untuk bermain seperti halnya anak-anak pada umumnya. Namun sedikit berbeda dari adik dan kakaknya, Iwan Tompo yang beberapa kali berganti nama karena sering sakit-sakitan, mengaku bakat dan potensi bermusiknya mulai ditunjukkan ketika duduk dibangku SMP, ia lebih banyak bernyanyi dan mendengarkan musik. Saat menginjak masa remaja kira-kira berusia 14 tahun, Iwan Tompo adalah seorang gitaris di grup band Biston, yang beranggotakan Edi Coman sebagai pemain bass, Edi sebagai pemain Keyboard, Maman pemain drum, dan Udin sebagai Vokalis. Lagu yang sering mereka bawakan beraliran rock seperti Deep Purple dan The Beatles.

About Album

Album Iwan Tompo bertajuk Pop Langgam Makassar Abadi Vol. 2, Bombang Nia’Pa’Risi’Na ini dirilis tahun 1990 oleh Libel Record. Memuat 10 lagu karya cipta Herman Rohi, Rachmansyah, Yahya Dg. Ngitung, Latif Basir, Am Dg. Sitaba, A.Lewa, Abidinsyam, M. Dg. Sitaba, Madong B, dan Arsyad Basir. Musiknya digarap sendiri oleh Iwan Tompo dengan dibantu recording engineer Yadin/Ronny S, serta mixing engineer Yadin/Riady. Rekaman dilakukan di Libel Studio 1 diproduksi oleh Libel Record yang beralamat di Jl. DR. Wahidin Sudirohusodo No.208  Makassar (dulu Ujung Pandang) Sulawesi Selatan.  Libel Record adalah sebuah label rekaman yang banyak memproduksi lagu-lagu daerah Sulawesi Selatan.

Story

Iwan Tompo lebih banyak mengiringi penyanyi dalam berbagai acara, tak jarang dia mem-backing suara para penyanyinya. Suaranya yang kental dengan khas cengkok Makassar dianggap cocok menyanyikan lagu-lagu daerah oleh teman-temannya pada saat itu dan mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat. Hal inilah yang memudahkan Iwan Tompo dikenal sebagai penyanyi yang bersuara merdu bak burung kutilang.

Awal mula Iwan Tompo bergabung di Irama Baru Record pada tahun 1975. ini merupakan studio rekaman di Kota Makassar yang masih aktif hingga saat ini, setelah banyaknya studio rekaman yang timbul tenggelam di antaranya Nasional Record, Suara Emas Record, dan Finish Record. Posisi Iwan Tompo di Irama Baru Record pada saat itu sebagai penyanyi, di mana dulunya Iwan Tompo belum mempunyai album sendiri melainkan album kompilasi lagu-lagu Bugis. Dalam album kompilasi tersebut dia membawakan 4 buah lagu dari 12 buah lagu pada album Ana Malie. Judul-judul lagunya adalah Salmarani, Cora Keteng, pada Idi Pada Elo’ dan Wae Mata Bawang.

Seiring vakumnya Irama Baru Record, pada tahun 1980 Iwan Tompo mengambil keputusan hijrah ke Libel Record yang saat itu beralamat di Jalan Kalimantan no.46A Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Libel Record merupakan wadah aktivitas rekaman dalam hal memproduksi suatu lagu ke dalam bentuk material berupa kaset tape, CD dan VCD yang diolah menjadi sebuah album layak jual. Iwan Tompo dikontrak selama kurang lebih 20 tahun oleh pihak Libel Record. Namun selama rentang waktu itu pihak Libel Record tidak bisa mengatur dan mengelola dengan baik perusahaannya sehingga mengalami hal yang sama seperti Irama Baru Record.

Pada saat inilah Irama Baru Record kembali meraih kejayaannya, dengan memunculkan ide-ide baru dari pihak manajemen produksi di industrinya seperti membuat konsep lagu jenaka (komikal) namun tetap menggunakan bahasa dan dialek dari budaya Bugis-Makassar. Seperti lagu yang berjudul Garring Apami Inona. Kehadiran Iwan Tompo sebagai putra daerah Makassar merupakan pencerahan musik bergenre daerah khas Makassar. Hal ini menjawab tantangan perkembangan aliran musik modern, sehingga dapat mempertahankan dan mengangkat lagu daerah hingga tingkat nasional.

Akhir hidupnya, penyanyi kawakan dan pencipta lagu daerah Makassar-Bugis ini menderita penyakit diabetes serta komplikasi. Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di rumah duka, Kamis sekitar pukul 07:30 WITA, 23 Mei 2013 di usia 60 tahun. Hingga akhir hidupnya, Iwan Tompo diketahui telah menciptakan 500 lebih lagu berbahasa Makassar dan Bugis.

Nilai Penting

Iwan Tompo merupakan sosok yang perlu di contoh, karena dia telah melestarikan nilai nilai budaya terutama di bidang seni musik tradisional Indonesia

(Writer: Anang Maret-Museum Musik Indonesia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here