Johnny Aldjokdja dkk–14 Best Ambonese Songs

0

MALUKU & MALUKU UTARA

Type of Collection:  CD Audio
Artist/Group: Johnny Aldjokdja dkk- Compilation of 8 singers from Maluku
Album Title: 14 Best Ambonese Songs
Origin: Maluku
Language: Ambon
Year of Release: 2005
Label: PERTIWI Record
Serial number: PN/UZI/190405/CMNP-272/IJ
Contributor: Gunawan, Lawang (12 Maret 2018)

Reference Link                        :  

Tracklist

NOSong TitleSongwriterVocal
1Sio MamaMelky GoeslawJhonny Aldjokdja
2Kupu-Kupu Sepanjang PantaiNo DataVeronica Latumenten
3Kastinggal BujangJemmy LanggoLe Beat Voice
4Ayo MamaNo DataVika
5Batu BadaongC.HehanusaOddy Umamit
6Ole SioNo DataVika
7Waktu Hujan Sore-soreJohn F.PattiraneJhonny Aldjokdja
8Ambon ManiseC.HehanusaVika
9Su Bagini Mau Bilang ApaBram TuheteruLe Beat Voice
10SapatauLeo ManuputtyVeronica Latumenten
11Mande-MandeNo DataObet Mahino
12HuhateNo DataVika
13Game-Game NonaJohnie PutuhenaRonny Tomasoa
14Hela-Hela RotanNo DataVika & Ucen Ipah

Biography

The singers and songwriters on this album are a collection of the names of Indonesian singers from Maluku Province and North Maluku Province. One of the famous names in it is Melky Goeslaw (born in Morotai, Halmahera, North Maluku, May 7, 1947-died in Jakarta, December 20, 2006 at the age of 59 years). Melky Goeslaw is a singer who has been active in Indonesia since 1977. In this album, Melky does not sing, only includes one of his famous songs entitled Sio Mama. Melky Goeslaw is the father of Melly Goeslaw who is also a famous Indonesian female singer and songwriter in the 2000s era.

Besides the name Melky Goeslaw, there are also the names of other songwriters, namely Jemmy Lango, C. Hehanusa, John F. Pattirane, Leo Manuputty, Bram Tuheteru, and Jonnie Putuhena. While the 8 singers who performed 14 songs on this album were Jhonny Aldjokdja, Veronica Latumeten, Le Beat Voice, Vika, Oddy Umamit, Obet Mahino, Ronny Tomasoa, and Ucen Ipah.

About Album

This CD album is a Pop Ambon-Maluku album released in 2005 by PERTIWI Records in Jakarta. Contains 14 songs which are the best selected Maluku folk songs. The songs themselves are played to the rhythm of Ambonese Pop music, which has a distinctive musical rhythm. There are 8 songs which are songs created by old musicians from Maluku, while the remaining 7 are folk songs whose age is estimated to be more than 50 years, so the name of the creator is unknown. On the inner cover of this album, there are written lyrics of each song.

Story

As previously explained, this album contains 14 Maluku folk songs. Since 1999, the Maluku Islands have been divided into 2 provinces, the first is North Maluku Province, whose capital is Ternate and the second is Maluku Province, whose capital is Ambon. During Colonialism (16th century) Maluku was the center of the world’s spice trade with cloves and nutmeg as the main merchandise. This made Maluku known as the “Spice Islands” by the Europeans at that time.

Maluku Province is an area that has many folk songs, especially in Ambon City. Maluku folk songs are also known for their colorful music, which is full of joy and excitement, so they are loved by children, both inside and outside the Maluku region, some of them are quite famous in Indonesia. Especially for Ambon City with its people who like to sing and dance. In general, Ambonese have good vocals, so some say that Ambonese DNA contains strong musical elements.

The following are examples of 3 Maluku folk songs contained in this album along with the meaning of the songs, which include:

Waktu Hujan Sore-Sore (Means : “’When it rains in the afternoon-evening”)

(Songwriter: John F. Pattirane)

‘Waktu Hujan Sore-Sore’ is a Maluku folk song that is usually sung along with the accompaniment of various musical instruments such as guitar, violin, or drums. With a cheerful rhythm, this song seems to invite people to sing and dance together. Because the Ambonese are indeed known as people who like to dance, this is due to the influence of the Dutch culture which was once part of Indonesian history.

Huhate

(Songwriter: No Name)

Huhate is one of the old Maluku folk songs whose creator is unknown. Using the Ambonese language, this song contains messages that are quite important to us about choosing a friend. The word “friend” here can also be interpreted as a life partner or soul mate. In terms of finding a soul mate, this song tells you to always keep your eyes and ears open or be careful and not in a hurry. Especially for teenagers. Huhate’s song also gives a message to find good friends. Meanwhile, bad friends in this song are described as sharp durian skins that can hurt us.

Sio Mama

(Songwriter: Melky Goeslaw)

This song tells about an Ambonese who has been in a foreign land for a long time and has not seen his mother in the village for a long time. This song tells the story of a child remembering when his mother held him lovingly while cooking sagu, a typical Ambonese food. The important moral value of this song is that the mother figure is someone who is very important in a child’s life, unfortunately many children forget their mother’s love when they become adults. The thing that is most often remembered is how the mother sacrificed so much to care for her child. We always expect prayers from parents for our success even though they are far from us.

Value

This album has a contribution to introduce and preserve Maluku folk songs, especially Ambon to other people. The songs sung in the local language contain the values of local wisdom that show the culture and identity of the Maluku people.

(Writer: Ari Yusuf-Museum Musik Indonesia)

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

BIOGRAPHY

Para penyanyi dan pengarang lagu di album ini merupakan gabungan dari nama-nama penyanyi Indonesia yang berasal dari Propinsi Maluku dan Propinsi Maluku Utara. Salah satu nama yang terkenal di dalamnya adalah Melky Goeslaw (lahir di Morotai, Halmahera, Maluku Utara 7 Mei 1947-meninggal di Jakarta, 20 Desember 2006 pada umur 59 tahun).  Melky Goeslaw merupakan penyanyi yang aktif berkarir di Indonesia sejak tahun 1977. Dalam album ini Melky tidak turut menyanyi, hanya menyertakan satu lagu ciptaannya berjudul Sio Mama. Melky Goeslaw adalah ayah dari Melly Goeslaw yang juga merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu Indonesia yang terkenal di era 2000an.

Selain nama Melky Goeslaw, juga terdapat nama-nama pencipta lagu  lainnya, yaitu Jemmy Lango, C. Hehanusa, John F. Pattirane, Leo Manuputty, Bram Tuheteru, dan Jonnie Putuhena. Sedangkan 8 penyanyi yang membawakan 14 lagu dalam album ini adalah Jhonny Aldjokdja, Veronica Latumeten, Le Beat Voice, Vika, Oddy Umamit, Obet Mahino, Ronny Tomasoa, dan Ucen Ipah.

ABOUT ALBUM

Album CD ini merupakan album Pop Ambon-Maluku yang dirilis pada tahun 2005 oleh PERTIWI Records di Jakarta. Berisikan 14 buah lagu yang merupakan lagu-lagu pilihan terbaik berbahasa daerah Ambon-Maluku. Lagu-lagunya sendiri dimainkan dengan irama musik Pop Ambon, yang memiliki ritme dan irama musik yang khas. Ada 8 buah lagu yang merupakan lagu ciptaan para musisi lama asal Maluku, sedangkan 7 sisanya adalah lagu daerah yang usianya diperkirakan sudah lebih dari 50 tahun, sehingga tidak diketahui siapakah nama penciptanya. Di cover bagian dalam album ini, terdapat tulisan lirik dari masing-masing lagu.

STORY

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa album ini berisikan 14 buah lagu-lagu daerah Maluku. Sejak tahun 1999, Kepulauan Maluku dipecah menjadi 2 privinsi, yaitu Provinsi Maluku Utara yang ibukotanya di Ternate dan Provinsi Maluku yang ibukotanya ada di Ambon. Di masa Kolonialisme (Abad ke-16) Maluku merupakan pusat perdagangan rempah dunia dengan cengkih dan pala sebagai barang dagangan utama. Hal ini membuat Maluku dijuluki sebagai “Kepulauan Rempah” oleh Bangsa Eropa ketika itu.

Provinsi Maluku merupakan satu daerah yang memiliki banyak lagu daerah, khususnya di Kota Ambon. Lagu-lagu daerah Maluku juga dikenal dengan warna musik yang penuh nuansa keceriaan dan kegembiraan sehingga banyak digemari oleh anak-anak, baik dalam daerah Maluku maupun luar daerah, bahkan tak sedikit yang terkenal secara nasional. Khususnya untuk Kota Ambon dengan masyarakatnya yang sehari-hari suka bernyanyi dan berdansa. Secara umum warga Ambon memiliki vocal yang bagus sehingga ada yang menyebut bahwa DNA orang Ambon mengandung unsur musikal yang kuat.

Berikut adalah contoh 3 lagu daerah Maluku beserta maknanya yang terdapat dalam album ini, yaitu diantaranya adalah:

Waktu Hujan Sore-Sore (Ciptaan: John F. Pattirane)

Waktu Hujan Sore-Sore merupakan lagu daerah Maluku yang biasa dinyanyikan dengan iringan berbagai alat musik seperti gitar, biola, ataupun drum. Dengan iramanya yang riang, lagu ini seolah mengajak orang-orang untuk ikut menari dan berdansa. Dalam liriknya, lagu ini memang membicarakan soal pesta dansa. Karena orang Ambon memang dikenal sebagai masyarakat yang gemar berdansa, ini akibat pengaruh budaya dari bangsa Belanda yang dulu pernah menjadi bagian dari sejarah Indonesia.

Huhate (Ciptaan: No Name)

Huhate merupakan salah satu lagu daerah Maluku lama yang tidak diketahui secara pasti siapa penciptanya. Dengan menggunakan bahasa Ambon, lagu ini mengandung pesan-pesan yang cukup penting tentang memilih seorang teman. Kata “teman” di sini dapat juga diartikan sebagai teman hidup atau jodoh. Dalam hal mencari jodoh, lagu ini berpesan agar selalu pasang mata dan telinga atau berhati-hati dan jangan sampai paparipi atau tergesa-gesa. Terlebih lagi bagi anak-anak remaja. Lagu Huhate juga memberikan pesan agar mencari teman yang baik. Sedangkan teman yang tidak baik dalam lagu ini diibaratkan seperti kulit durian yang tajam dan melukai.

Sio Mama (Ciptaan: Melky Goeslaw)

Lagu ini menceritakan tentang kerinduan seorang anak Ambon yang lama di tanah perantauan dan tak berjumpa dengan ibu di kampung. Lagu ini berkisah ketika seorang anak mengingat saat sang mama menggendongnya dengan penuh sayang sambil masak sagu, masakan khas orang Ambon. Nilai moral penting dari lagu ini adalah bahwa sosok Ibu adalah seseorang yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak, sayangnya tak sedikit anak yang lupa akan kasih sayang ibunya saat ia kecil karena berada jauh di tanah rantau. Hal yang paling sering diingat adalah bagaimana sang ibu begitu berkorban untuk merawat setiap anak-anaknya. Doa dari orang tua meskipun mereka jauh dari kita pun selalu kita harapkan.

VALUE

Album ini memiliki kontribusi untuk memperkenalkan dan melestarikan lagu-lagu dari Maluku, khususnya Ambon kepada masyarakat. Dalam lagu-lagu yang dinyanyikan dengan bahasa daerah ini terkandung nilai-nilai kearifan lokal yang menunjukkan budaya dan jati diri masyarakat Maluku.

(Writer: Ari Yusuf-Museum Musik Indonesia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here