Orkes Gambus Tingkilan “Tangga Arung” – Lagu Tingkilan Daerah Kutai

0

EAST KALIMANTAN

Type of Collection: Cassette
Artist/Group: Orkes Gambus Tingkilan “Tangga Arung” Kutai Tenggarong Kalimantan Timur
Album Title: Lagu Tingkilan Daerah Kutai (Tingkilan Songs From Kutai), Jembatan Mahakam, Mahakam Dua
Origin: Kutai, East Kalimantan
Language: Kutai, Melayu
Year of Release: 1988
Label: Stirring Tones, Balikpapan & Jayabaya Record, Malang
Serial Number: No data
Contributor: Hengki Herwanto, Malang

Reference Link:

Tracklist

NOSong TitleSongwriterVocal
 SIDE A:
1Jembatan MahakamNo dataSelvie Marissa
2Mulang HampaNo dataAdi Kuswara
3Kota BerseriNo dataSelvie Marissa
4Batu YupaNo dataAdi Kuswara
5Musim LangatNo dataSelvie Marissa/Norida
 SIDE B:  
1Musim BergantiNo dataNurida
2Kawan PemancingNo dataAdi Kuswara
3Mahakam DuaNo dataSelvie Mariska
4Senja di PedalamanNo dataNurida
5Nasib PahumaNo dataAdi Kuswara

 Biography

The person in charge of the production of the Mahakam Bridge Song Tingkilan Kutai area is the Kutai Cultural Development Institute (LPKK) Tenggarong Kutai, East Kalimantan, lead by of H. Zailani Idris. Now, Drs. H. Syamsul Khaidir, MMPd became the head of the Kutai Cultural Development Institute (LPKK) based on the Decree of the Regent Kutai Kartanegara No. 180,188 dated January 8, 2006. According to Syamsul Khaidir, the main task of the Kutai Cultural Development Institute (LPKK) is to consistently raise all potentials of Kutai Kartanegara art and culture so as to be able to support the grand strategy of the Kutai Regency Government which is packaged through the Gateway Dayaku Phase II program.

About Album

This cassette of the Kutai Region Tingkilan Song, Mahakam Dua contains 10 compositions. Group  in charge of the production is the Kutai Cultural Development Institute (LPKK) Tenggarong Kutai, East Kalimantan, Chaired by H. Zailani Idris. Songwriter/creator Oesman Achmad, musical arrangement of the Gambus by Tingkilan Orchestra “Tangga Arung” Kutai Tenggarong, East Kalimantan led by Eramayah Sadi, recording Studio Stirring Tones Balikpapan, East Kalimantan. Released in 1988 in collaboration with Jayabaya Record, Malang, East Java.

Musicians: Oesman Achmad (lead gambus), A Norbek (acoustic guitar/lead melody/ukulele), A Muhabir Kumar (Acoustic Bass/Cello/Ukulele).

Story

Mahakam Bridge as the album title is taken from the name of the Bridge on the Mahakam River, Samarinda City. Connecting the Samarinda City area with the Samarinda Seberang sub-district area. The bridge is very vital for transportation as a main route in and out of vehicles from and to outside the city of Samarinda. The bridge’s length is 400 meters. Construction began on 6 October 1983 and finished on 2 August 1986. On 2 August 1986 President Soeharto inaugurated the Mahakam bridge with the Governor of Kalimantan Tmur Soewandi and the Minister of Public Works Suyono Sosrodarsono.

In the years following the inauguration of the Mahakam Bridge, the Mahakam Bridge was the only bridge connecting the northern Mahakam and southern Mahakam areas. Approximately 20 years after the Mahakam bridge became the link between Samarinda Seberang and Samarinda City, the City Government of Samarinda began to build two bridges to overcome the congestion that often occurs on the Mahakam Bridge. The two bridges are the Mahakam Ulu or Mahulu bridge (built in Sengkotek Village) and the Mahkota II bridge (built in Palaran).

Mahakam is the largest river in East Kalimantan Province which empties into the Makassar Strait. The river with a length of about 920 km crosses the West Kutai Regency in the upstream part, to the Kutai Kartanegara Regency and Samarinda City in the downstream. In the Mahakam river lives an endangered species of freshwater fish mammal, namely the Mahakam Pesut.

The Mahakam River has played an important role in the life of the surrounding community as a source of water, fishery potential and as a transportation infrastructure.

As the provincial capital of East Kalimantan, the Mahakam River also divides the city of Samarinda. There are several villages in Samarinda that the Mahakam River passes, namely Loa Buah, Loa Janan Ilir, Loa Bakung, Karang Asam Ulu, Lerong Ulu Bay, Lerong Ilir Bay, Morning Market, Karang Mumus, Selili, Mosque Village, Upper Island, Kapih River. , Rawa Makmur, Bukuan..

Value

Tingkilan is a type of musical art from the Kutai people in East Kalimantan. This music was born along with the entry of Islam into Kutai (marked by the stringed instrument).

This album is an important document related to Kutai culture: the Kutai Cultural Development Institute (LPKK), the Tingkilan Tangga Arung gambus orchestra, and the record company Stirring Tones in Balikpapan.

Writer: Anang Maret Tri Basuki-Indonesian Music Museum

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

Biography

Penanggung jawab produksi kaset Jembatan Mahakam Lagu Tingkilan Daerah Kutai adalah Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK) Tenggarong Kutai Kalimantan Timur Pimpinan H.Zailani Idris.Selanjutnya Drs.H.Syamsul Khaidir, MMPd menjadi pimpinan Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No.180.188 tanggal 8 Januari 2006.Menurut Syamsul Khaidir, tugas pokok Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK) adalah mengangkat semua potensi seni budaya Kutai Kartanegara secara konsisten sehingga mampu mendukung grand strategy Pemkab Kukar yang dikemas melalui program Gerbang Dayaku Tahap ll.

About Album

Kaset Lagu Tingkilan Daerah Kutai, Mahakam Dua ini memuat 10 komposisi. Tercatat  para pendukung rekaman: penanggung jawab produksi Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK) Tenggarong Kutai Kalimantan Timur Pimpinan H.Zailani Idris.Pengarang lagu/pencipta Oesman Achmad, aransemen musik Orkes Gambus Tingkilan “Tangga Arung” Kutai Tenggarong Kalimantan Timur pimpinan Eramayah Sadi, recording studio Stirring Tones Balikpapan Kalimantan Timur.Dirilis tahun 1988 bekerjasama dengan Jayabaya Record, Malang Jawa Timur.

Pemain musik: Oesman Achmad (lead gambus), A Norbek (acoustic gitar/lead melodi/ukulele), A Muhabir Kumar (Acoustic Bass/Cello/Ukulele).

Story

Jembatan Mahakam sebagai judul album diambil dari nama Jembatan di Sungai Mahakam, Samarinda. Menghubungkan kawasan Samarinda Kota dengan wilayah kecamatan Samarinda Seberang. Jembatan tersebut sangat vital bagi pengguna kendaraan sebagai jalur keluar masuk kendaraan dari dan menuju luar kota Samarinda. Panjang total  400 meter.Mulai dibangun 6 Oktober 1983 dan selesai 2 Agustus 1986.Tanggal 2 Agustus 1986 Presiden Soeharto meresmikan jembatan Mahakam bersama Gubernur kalimantan Tmur Soewandi dan Menteri Pekerjaaan Umum Suyono Sosrodarsono.

Pada tahun-tahun setelah peresmian Jembatan Mahakam, Jembatan Mahakam adalah satu-satunya jembatan yang menghubungkan daerah Mahakam bagian utara dan Mahakam bagian selatan. Kurang lebih 20 tahun jembatan Mahakam menjadi penghubung antara Samarinda Seberang dengan Samarinda Kota, Pemerintah Kota Samarinda mulai membangun dua jembatan untuk mengatasi kemacetan yang sering terjadi di Jembatan Mahakam. Dua jembatan itu adalah jembatan Mahakam Ulu atau Mahulu (dibangun di Kelurahan Sengkotek) dan jembatan Mahkota II (dibangun di Palaran).

Mahakam merupakan sungai terbesar di Provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir. Di sungai Mahakam hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut Mahakam.

Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.

Sebagai ibukota provinsi Kalimantan Timur, Sungai Mahakam juga membelah Kota Samarinda. Terdapat beberapa kelurahan di Samarinda yang dilewati Sungai Mahakam, yaitu Kelurahan Loa Buah, Loa Janan Ilir, Loa Bakung, Karang Asam Ulu, Teluk Lerong Ulu, Teluk Lerong Ilir, Pasar Pagi, Karang Mumus, Selili, Kelurahan Mesjid, Pulau Atas, Sungai Kapih, Rawa Makmur, Bukuan..

Nilai penting album ini

Tingkilan merupakan salah satu jenis kesenian musik masyarakat Kutai di Kalimantan Timur. Musik ini lahir seiring dengan masuknya Islam ke Kutai  (ditandai dengan instrumen gambus).

Album ini menjadi dokumentasi penting terkait budaya Kutai: Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK), orkes gambus Tingkilan Tangga Arung, dan perusahaan rekaman Stirring Tones di Balikpapan.

Writer: Anang Maret Tri Basuki-Museum Musik Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here