Sam Saimun Dkk – 27 Lagu-Lagu Nasional Perjuangan Dalam Irama Keroncong

0

VARIOUS REGION

Type of Collection: Cassette
Artist/Group: Sam Saimun And Friends
Album Title: 27 Lagu-Lagu Nasional perjuangan dalam irama keroncong (27 pieces of Indonesian national anthems in the rhythm of keroncong)
Origin : Indonesia
Year of Release: 1994
Label: GNP Records
Serial number: P 132
Contributor: Gaguk

Tracklist

NO  Song TitleSongwriterLead Vocal
 SIDE A  
1Selendang SutraIsmail MarzukiSamsaimun
2Setangkai Bunga MawarIsmail MarzukiToto Salmon
3Setinggi Gunung seribu janjiIsmail MarzukiHartati
4Sepasang Bola MataIsmail MarzukiSamsaimun
5Sarda AlamIsmail MarzukiSumiati
6Melati Ditapal BatasIsmail MarzukiJamad
7Kasih Putus Ditengah JalanIsmail MarzukiSumiati
8RinduIsmail MarzukiHartati
9Gugur BungaIsmail MarzukiSunarti Syam
10Rayuan KelapaIsmail MarzukiSumiati
11Darimana Datangny AsmaraIsmail MarzukiGrup
12Indonesia PusakaIsmail MarzukiJanad
13Kr PancasilaIsmail MarzukiSumiati
 SIDE B  
1Sepasang Bola MataIsmail MarzukiIsnatri Syam
2Saputangan Dari Bandung SelatanIsmail MarzukiJanad
3Melati Ditapal BatasIsmail MarzukiSam Saimun
4Restu Yang KunantikanIsmail MarzukiSam Saimun
5Kunang-KunangIsmail MarzukiSumiati
6Karangan Bunga Dari SelatanIsmail MarzukiIsnarti Syam
7Kr PengamdianIsmail MarzukiToto Solmon
8Sumpa PemudaIsmail MarzukiSumiati
9O,AnginIsmail MarzukiIsnarti Syam
10Sepasang Bola MataIsmail MarzukiSumiati
11Mari BungIsmail MarzukiGrup
12Biarkan Bunga GugurJanadJanad
13Kr Hasrat MejakaMarjo KaharJum Suwarni
14Juwita MalamIsmail MarzukiSam Saimun

Biography

Ismail Marzuki was born and raised in Jakarta from a Betawi family. His real name is Ismail, while his father’s name is Marzuki, so his full name is Ismail bin Marzuki. However, most people call his full name Ismail Marzuki, even in his circle of friends he is often called Mail, Main, or Bang Main. He was born in Kwitang Village, precisely in Senen sub-district, Central Jakarta area, on May 11, 1914. Three months after Ismail was born, his mother died. Previously, Ismail Marzuki had also lost his two older brothers, Yusuf and Yakup, who had preceded him at birth. Then he lived with his father and a living brother named Hamidah, who was 12 years older than Ismail. Ismail Marzuki made his debut in the field of music at the age of 17 years, when for the first time he succeeded in composing the song “O Sarinah” in 1931. Ismail has a deep interest in the arts. In 1936, Ismail entered the Lief Java music orchestra as a guitar player , saxophone, and pump harmoniums.

In 1940, Ismail Marzuki married Eulis Zuraidah, a main singer from a music club in Bandung where Ismail Marzuki was also a member. The couple later adopted a child named Rachmi, who is actually still Eulis’ nephew.

Sam Saimun is Indonesian singer in the 50’s, who has a soft voice, character, and melodious, heavy vibration similar to the voice of singer Nat King Cole.

Sam is a keroncong singer, who often performs keroncong songs at RRI, on the same level as Ismail Marzuki, Maladi, the maestro Gesang or like Waldjinah, Bing Slamet, and Titiek Puspa. The achievement began when he won the election of the Radio Bintang of the Republic of Indonesia in 1951, and 1952, 1955 for the Keroncong category.

About Album


This cassette album is entitled “27 National Heroism Songs  in the rhythm of keroncong” realese in 1994 with the label GNP records. On Side A there are 13 songs and Side B 11 songs. With 27 songs, all the songs on the album are all created by Ismail Marzuki and sung / lead vocals by Sam Saimun, Toto Solmon, Isnarti Syam, Jum Suwarni, and Janad.

Story

During the Japanese colonial period, Ismail Marzuki was active in the radio orchestra on Hozo Kanri Keyku Military Radio Japan (Now RRI). When the Japanese occupation ended, Ismail Marzuki continued to broadcast his music on RRI. Furthermore, when RRI was again controlled by the Dutch in 1947, Ismail Marzuki, who did not want to cooperate with the Dutch, decided to leave RRI. Ismail Marzuki just returned to work in radio after RRI was successfully taken over. He then had the honor of being the leader of the Jakarta Studio Orchestra. At that time he composed the General Election song and it was played for the first time in the 1955 General Election.

Some of Ismail Marzuki’s well-known works are:

– In 1931, for the first time Ismail composed a song called “Oh Sarinah” whose lyrics were written in Dutch.

– In 1935, when he was 21 years old, his work appeared in the form of a keroncong entitled Keroncong Serenata.

– In 1936, created Roselani, this title takes us to the romantic atmosphere of Hawaii’s nature in the Pacific Ocean.

– In 1937, there were songs that took the background of “Hikayat 1001 Malam” entitled Kasim Baba when Ismail was 23 years old; and created a keroncong composition entitled true keroncong with a minor mode with a melancholic melody.

– In 1938, filled the music illustration for the film entitled “Terang Bulan“. In it there are 3 songs, among others: Sabeba Island, On the Edge of the Sea, Sitting Termenung. This film stars Miss Roekiah, Kartolo, Raden Mochtar, and others. Ismail also played a role in the film, playing music with his colleagues as a complement to the scenario. The film is screened in Malaya. Ismail sings for Raden Mochtar’s scene while singing.

– In 1939, 8 songs were released, of which 2 were in Dutch, namely: Als de Ovehedeen and Als’t Meis is in de tropen. While the Indonesian songs are Mr. Kromo, Bandaneira, Olee lee in Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung, Traveling to Bali.

VALUE

In this album, Sam saimun and his friends bring the song of Heroism created by Ismail Marzuki where all Indonesian people know the song because the lyrics contain the spirit of the heroism for Indonesian independence.

Although known as an artist or musician, Ismail was in fact almost always there when there was a battle. For example, in Jakarta in early September 1945 when NICA (Netherlands) arrived, also when the Bandung Lautan Api incident erupted in mid-March 1946. He also showed an attitude of resistance when the Dutch took over Radio Republik Indonesia (RRI) in Jakarta and replaced it with the name Radio Omroep In Overgangstijd (ROIO) at the end of 1946. Ismail Marzuki, who often performed music broadcasts at RRI, was persuaded to work at ROIO. The Netherlands offers great salaries, cars and various other perks. However, according to Ahmad Naroth in Bang Ma’ing Anak Betawi (1982), he firmly rejected all of this. Instead of cooperating, especially working for the interests of the Netherlands, Ismail chose to leave the RRI, which had changed its form to ROIO. That’s the way he did to maintain the pride and dignity of the country. Ismail Marzuki returned to serve for RRI after the transfer of sovereignty from the Netherlands to the Indonesian government at the end of 1949.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Biography

Ismail Marzuki lahir dan besar di Jakarta dari keluarga Betawi. Nama sebenarnya adalah Ismail, sedangkan ayahnya bernama Marzuki, sehingga nama lengkapnya menjadi Ismail bin Marzuki. Namun, kebanyakan orang memanggil nama lengkapnya Ismail Marzuki, bahkan di lingkungan teman-temannya kerap dipanggil Mail, Maing, atau Bang Maing. Ia dilahirkan di Kampung Kwitang, tepatnya di kecamatan Senen, wilayah Jakarta Pusat, pada tanggal 11 Mei 1914. Tiga bulan setelah Ismail dilahirkan, ibunya meninggal dunia. Sebelumnya Ismail Marzuki juga telah kehilangan dua orang kakaknya bernama Yusuf dan Yakup yang telah mendahului saat dilahirkan. Kemudian ia tinggal bersama ayah dan seorang kakaknya yang masih hidup bernama Hamidah, yang umurnya lebih tua 12 tahun dari Ismail. Ismail Marzuki memulai debutnya di bidang musik pada usia 17 tahun, ketika untuk pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu “O Sarinah” pada tahun 1931. Ismail mempunyai ketertarikan yang mendalam pada bidang seni. Tahun 1936, Ismail memasuki perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa.

Pada tahun 1940, Ismail Marzuki menikah dengan Eulis Zuraidah, seorang primadona dari klub musik yang ada di Bandung di mana Ismail Marzuki juga tergabung di dalamnya. Pasangan ini kemudian mengadopsi seorang anak bernama Rachmi, yang sebenarnya masih keponakan Eulis..

Sam Saimun, Penyanyi Indonesia di era 50 an, yang mempunyai suara lembut, berkarakter, dan merdu, vibrasinya berat mirip seperti suara poenyanyi Nat King Cole.

Sam adalah penyanyi keroncong, yang sering membawakan lagu – lagu keroncong di RRI, setingkat dengan Ismail Marzuki, Maladi, sang maestro Gesang atau seperti Waldjinah, Bing Slamet, dan Titiek Puspa. prestasi dimulai saat menjuarai pemilihan Bintang Radio Republik Indonesia tahun 1951, dan 1952, 1955 untuk kategori Keroncong.

About Album

Album bertipe kaset ini berjudul 27 Lagu-Lagu Nasional perjuangan dalam irama keroncong realese pada tahun 1994 dengan label GNP records di Side A 13 lagu Side B 11 Lagu . Dengan 27 lagu tersebut semua lagu pada album didalamnya semua ciptaan Ismail Marzuki dan di nyanyikan /Lead vocal oleh Samsaimun, Toto Solmon, Isnarti Syam, Jum Suwarni, dan Janad

Story

Pada tahun 1940, Ismail Marzuki menikah dengan Eulis Zuraidah, seorang primadona dari klub musik yang ada di Bandung di mana Ismail Marzuki juga tergabung di dalamnya. Pasangan ini kemudian mengadopsi seorang anak bernama Rachmi, yang sebenarnya masih keponakan Eulis.

Pada masa penjajahan Jepang, Ismail Marzuki turut aktif dalam orkestra radio pada Hozo Kanri Keyku Radio Militer Jepang. Ketika masa kependudukan Jepang berakhir, Ismail Marzuki tetap meneruskan siaran musiknya di RRI. Selanjutnya ketika RRI kembali dikuasai Belanda pada tahun 1947, Ismail Marzuki yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda memutuskan untuk keluar dari RRI. Ismail Marzuki baru kembali bekerja di radio setelah RRI berhasil diambil alih. Ia kemudian mendapat kehormatan menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta. Pada saat itu ia menciptakan lagu Pemilihan Umum dan diperdengarkan pertama kali dalam Pemilu 1955.

Beberapa karya Ismail Marzuki yang cukup dikenal antara lain:

– Tahun 1931, untuk pertama kalinya Ismail menciptakan lagu yang berjudul “Oh Sarinah” yang syairnya dibuat dalam bahasa Belanda.

– Tahun 1935, sewaktu berusia 21 tahun muncul karyanya dalam bentuk keroncong yang berjudul Keroncong Serenata.

– Tahun 1936, mencipta Roselani, judul ini membawa kita ke suasana romantis alam Hawaii di Samudra Pasifik.

– Tahun 1937, muncul lagu-lagu yang mengambil latar belakang “Hikayat 1001 Malam” berjudul Kasim Baba saat Ismail berusia 23 tahun; dan mencipta gubahan keroncong yang berjudul keroncong sejati bermodus minor bernafaskan melodi yang melankolis.

– Tahun 1938, mengisi ilustrasi musik film berjudul “Terang Bulan”. Di dalamnya ada 3 buah lagu, antara lain: Pulau Saweba, Di Tepi Laut, Duduk Termenung. Film ini dibintangi oleh Miss Roekiah, Kartolo, Raden Mochtar, dan lain-lain. Ismail turut berperan dalam film tersebut, yakni bermain musik dengan rekan-rekannya sebagai pelengkap skenario. Film ini diputar di Malaya. Ismail bernyanyi untuk adegan Raden Mochtar sewaktu menyanyi.

– Tahun 1939, keluar ciptaan sebanyak 8 buah lagu, di mana 2 lagu di antaranya berbahasa Belanda, yaitu: Als de Ovehedeen dan Als’t Meis is in de tropen. Sedang lagu-lagu Indonesianya adalah Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung, Melancong ke Bali. Dalam periode ini Ismail belum menciptakan lagu-lagu perjuangan.

Nilai Penting

27 Evergreen keroncong hits bersama sam saimun dan kawan-kawan ini membawakan lagu perjuangan ciptaan Ismail Marzuki yang semua dan masyarakat Indonesia mengenalnya Lagu tersebut karena syair-syairnya mengandung perjuangan.

Meskipun dikenal sebagai seniman atau musisi, Ismail nyatanya nyaris selalu ada manakala terjadi pertempuran. Misalnya di Jakarta pada awal September 1945 saat NICA (Belanda) datang, juga ketika meletusnya peristiwa Bandung Lautan Api di medio Maret 1946. Sikap perlawanan juga pernah ia tunjukkan sewaktu Belanda mengambil-alih Radio Republik Indonesia (RRI) di Jakarta dan menggantinya dengan nama Radio Omroep In Overgangstijd (ROIO) pada akhir 1946. Ismail Marzuki yang memang kerap mengisi siaran musik di RRI dirayu agar mau bekerja di ROIO. Belanda menawarkan gaji besar, mobil, dan berbagai fasilitas lainnya. Namun, menurut Ahmad Naroth dalam Bang Ma’ing Anak Betawi (1982), semuanya itu ia tolak dengan tegas. Daripada bekerja sama, terlebih lagi bekerja untuk kepentingan Belanda, Ismail memilih hengkang dari RRI yang telah berubah wujud menjadi ROIO itu. Begitulah cara yang ia lakukan untuk menjaga harga diri dan martabat negeri. Ismail Marzuki kembali mengabdi untuk RRI setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada pemerintah RI pada pengujung 1949. 

Sam Saimun lahir di padang 1924 dan meninggal tahun 1972 penyanyi era keroncong ini mempunyai suara lembut dan berkarakter dan merdu. Vibrasinya berat mirip suara Nat King Cole dan ia sering membawakan lagu- lagu keroncong di RRI namanya mulai dikenal saat menjuarai bintang radio republic Indonesia pada tahun 1951, 1952 dan 1955 untuk kategori keroncong. Lagu yang popular diantaranya Bujang Dara, Diwajahmu kulihat bulan , Aryati , Semalam di Kuala Lumpur , dan Selendang Sutra.

Writter: Usman Mansur – Museum Musik Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here