Jarang Kepang Mojolangu-Blimbing – Semoyo Nonton Wayang

0

EAST JAVA

Type of Collection: Cassette
Artist/group: Jaran Kepang Mojolangu
Album title: Semoyo Nonton Wayang
Origin: Malang, East Java
Language: Java
Year of Release: 1994
Label: CHGB Record
Serial number: –
Contributor: Hengki Herwanto-Malang, 2020

Reference Links:

This album is a recording of the musical accompaniment of the jaran kepang tradition in East Java. The following is a list of songs on this recorded album:

SIDE A

  1. Lewa-lewo
  2. Abri
  3. Goyang-goyang
  4. Gotong-royong
  5. Nonton Wayang
  6. Bebanaku

SIDE B

  1. Sawang-sawangan
  2. Kepergok
  3. Jurang Jeroh
  4. Rondo Kembang
  5. Semoyo
  6. Lewa-lewo

Biography

Little information known regarding this jaran kepang group as well as its members. This group comes from the Mojolangu village, Blimbing sub-district, Malang City, East Java. The members of this jaran group include:

  1. Leader: Darwati Ningsih
  2. Sinden: Susiati-Karsutik-Rukasih
  3. Entrepreneur: Rakito
  4. Studio: Lasika
  5. Operator: Sudy
  6. Design: Yusy

About Album

Jaran kepang is one of the art performances featuring a group of people. Jaran kepang itself is an imitation of the shape of a horse made of bamboo or leather. In the beginning, this tradition was born as a symbol that people had ability to face the power of the royal elite who had armies. The tradition of jaran kepang is not only in Malang. This tradition spread in various cities of Java island. The characteristic between them and what makes it different one with another are according to the origin of each area. Semoyo Nonton Wayang, is the title of the jaran kepang’s theme in this recording.

Story

Jaran Kepang berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu Jaran dan Kepang. Keduanya berasal dari Bahasa Jawa. Jaran berarti kuda, sedangkan Kepang berarti anyam atau bambu yang dianyam. Jaran Kepang merupakan pertunjukan yang dilakukan sekelompok laki-laki yang menunggang kuda pipih terbuat dari bambu dan telah diwarnai dengan cat. Pertunjukan ini biasanya dimainkan dengan iringan musik gamelan. Penamaan kesenian ini pada masing-masing daerah terdapat perbedaan. Namun hampir semuanya memiliki cita rasa yang sama dan selalu diidentikkan dengan istilah “kuda buatan”.

Jaran Kepang comes from two different words, namely Jaran and Kepang. Both come from the Java language. Jaran means horse, while Kepang means woven or woven bamboo. Jaran Kepang is a performance performed by a group of men riding flat horses made of bamboo and colored with paint. This show is usually played with accompaniment of gamelan music. There are differences in the naming of this art in each region. But almost all of them have the same taste and are always identified with the term “artificial horse” show or tradition.

Both dancers, handlers, and Jaran Kepang equipment are indeed dominated by 3 distinctive colors, namely white, red and black. These colors describe three important phases of human life. White symbolizes purity as a newborn baby. Red symbolizes that every human being will experience problems and the dynamics of life. Then black symbolizes that every human being will face death. The dancers enter the performance arena followed by the handler who spreads incense in every corner of the arena. As a greeting to all the supernatural things that exist in the area. In addition, as pamujo (worship) to the Almighty. This procession is the beginning of the opening of all forms of spirituality.

Value

Animism and dynamism are still developing in Java which makes them believe that bala (disaster) is the power of their ancestors. To drive them away, they perform the Jaranan dance ritual. Jaran Kepang dance is a form of ritual to avoid disasters, be it natural disasters, epidemics, or environmental damage. Social life does not deny if there are disputes between communities. That is why this tradition also purposed to wish for peace, so that people can live together.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

Album ini merupakan rekaman dari musik pengiring kesenian Jaran Kepang di Jawa Timur yang dilantunkan olah kelompok Jarang Kepang Mojolangu-Blimbing. Berikut daftar lagu dalam album rekaman ini:

SIDE A

  • Lewa-lewo
  • Abri
  • Goyang-goyang
  • Gotong-royong
  • Nonton Wayang
  • Bebanaku

SIDE B

  • Sawang-sawangan
  • Kepergok
  • Jurang Jeroh
  • Rondo Kembang
  • Semoyo
  • Lewa-lewo

Biography

Sedikit informasi yang diketahui terkait kelompok kesenian jaran kepang ini demikian pula dengan anggota-anggotanya. Kelompok ini berasal dari kelurahan Mojolangu, kecamatan Blimbing, Kota Malang. Anggota-anggota dari kelompok kesenian jaran kepang ini antara lain:

  • Pimpinan: Darwati Ningsih
  • Sinden: Susiati-Karsutik-Rukasih
  • Wiraswara: Rakito
  • Studio: Lasika
  • Operator: Sudy
  • Design: Yusy

About Album

Jaran kepang merupakan salah satu pertunjukan seni yang menampilkan serombongan orang yang siap beraksi dengan jaran kepang. Jaran kepang sendiri merupakan tiruan bentuk kuda yang dibuat dari kepangan bambu atau kepangan kulit. Pada Awalnya, seni Jaranan lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat memiliki kemampuan dalam menghadapi kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala tentara. Kesenian Tari Jaran Kepang Malang memang tak hanya ada di Malang. Di berbagai kota pun kesenian ini ada. Ciri khas antara Jaran Kepang satu dengan Jaran Kepang lainnya itulah yang membuat beda sesuai karakter daerah asalnya. Semoyo Nonton Wayang, merupakan judul dari tema jaran kepang dalam rekaman ini.

Story

Jaran Kepang berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu Jaran dan Kepang. Keduanya berasal dari Bahasa Jawa. Jaran berarti kuda, sedangkan Kepang berarti anyam atau bambu yang dianyam. Jaran Kepang merupakan pertunjukan yang dilakukan sekelompok laki-laki yang menunggang kuda pipih terbuat dari bambu dan telah diwarnai dengan cat. Pertunjukan ini biasanya dimainkan dengan iringan musik gamelan. Penamaan kesenian ini pada masing-masing daerah terdapat perbedaan. Namun hampir semuanya memiliki cita rasa yang sama dan selalu diidentikkan dengan istilah “kuda buatan”.

Salah satu daerah di Malang yang dianggap mempunyai banyak kelompok Jaran Kepang adalah Tumpang. Letak nya berada di sekitar 20 km dari pusat Malang. Masyarakat daerah tersebut seringkali mengadakan pertunjukan pada malam Jumat Legi, yang dianggap malam dengan energi magis dari spiritualitas. Diawali dengan memberikan sesaji di daerah pepunden, kemudian pada malam hari dimulai dengan suara gending-gending Jawa. Gending Jawa yang dimainkan dalam jaran kepang merupakan simbol dari puji-pujian terhadap Tuhan. Sementara pawang sedang membacakan mantra-mantra di belakang panggung.

Baik penari, pawang, dan peralatan Jaran Kepang memang didominasi oleh 3 warna yang khas, yaitu putih, merah dan hitam. Ketiganya menggambarkan tiga fase penting kehidupan manusia. Putih melambangkan kesucian sebagaimana bayi yang baru terlahir. Merah melambangkan bahwa setiap manusia akan mengalami permasalahan dan dinamika kehidupan. Kemudian hitam melambangkan bahwa setiap manusia nantinya akan menghadapi kematian. Para penari masuk dalam arena pertunjukan diikuti pawang yang menebarkan kemenyan di setiap sudut arena. Sebagai ucapan salam kepada seluruh hal-hal gaib yang ada di daerah tersebut. Selain itu juga sebagai pamujo kepada Yang Maha Kuasa. Prosesi tersebut menjadi awal mula dibukanya segala bentuk ruang spiritualitas.

Value

Animisme dan dinamisme masih berkembang di Jawa yang membuat mereka percaya bahwa bala adalah kekuatan nenek moyang. Untuk mengusirnya, mereka melakukan ritual tarian Jaranan. Tarian Jaran Kepang adalah salah satu bentuk ritual untuk terhindar dari bencana, baik itu bencana alam, wabah, atau rusaknya lingkungan. Hidup bersosial tak memungkiri jika ada perselisihan antar masyarakat. Sehingga kesenian ini juga mengandung makna untuk memohon kententraman, sehingga masyarakat dapat hidup bersatu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here