Setiap waktu, saya terus berusaha mengalahkan diri saya sendiri. Bekerja, berkarya dan terus memberikan yang terbaik yang saya mampu. Mendedikasikan diri sepenuhnya untuk mencintai dan memanfaatkan setiap detik waktu hidup yang sudah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada saya. Itulah kenapa saya sangat tidak mau membuang-buang waktu untuk hal-hal yang akan saya sesali kelak di kemudian hari. Fokus terus melangkah, bergerak, bekerja, berkarya dan melakukan yang terbaik dalam hal apapun.
Itulah kenapa saya selalu bersemangat untuk bertemu, berkumpul dan bergerak bersama orang-orang yang mempunyai Dedication of Life. Orang-orang yang mempunyai ide/ gagasan besar untuk membangun kehidupan lebih baik bagi semuanya, orang-orang yang punya visi masa depan kehidupan gemilang, yang mau bekerja sehebat-hebatnya dalam mewujudkan semuanya itu.
Apakah mereka adalah orang-orang yang tidak pernah punya kesalahan? Pasti, mereka pernah melakukan kesalahan. Tapi mereka lantas berani mengakui kesalahannya, mengkoreksi diri sendiri, dan memperbaiki kesalahannya. Tidak perlu mencari-cari kambing hitam.
Apakah mereka adalah orang-orang yang tidak pernah gagal? Pasti, mereka pernah mengalami kegagalan. Tapi mereka cepat kembali bangkit dari kegagalannya, tidak mau mengasihani diri sendiri, dan segera mau belajar dari pengalamannya untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya. Tidak perlu menyalahkan orang lain atas kegagalan apapun yang dialaminya.
Tentu saja, dalam setiap langkah dan pergerakan mereka, pasti selalu saja ada nada-nada sumbang. Bahkan, ada juga hoax dan fitnah yang menyerangnya untuk menjatuhkannya. Saya secara pribadi, dan mungkin kebanyakan orang-orang yang punya Dedication of Life tersebut, tidak pernah ambil pusing dengan segala macam bentuk caci makian, hinaan, hoax dan fitnah yang ditujukan untuk menyerang atau menjatuhkan. Bahkan lebih memilih untuk mengabaikan itu semuanya. Kenapa? Karena mereka memang lebih baik memfokuskan diri, pikiran dan energi yang dimiliki, untuk terus bekerja, berkarya dan memberikan yang terbaik sepanjang waktu. Tidak mau waktu terbuang sia-sia hanya untuk mengurusi segala macam caci makian, hinaan, hoax dan fitnah.
Demi waktu, mereka sungguh-sungguh mencintai kehidupan dengan terus bekerja, berkarya dan memberikan yang terbaik dalam hal apapun. Berusaha sekeras-kerasnya untuk Nglakoni Dharmaning Urip sebaik-baiknya, setepat-tepatnya dan semampu-mampumya. Fokus untuk terus memberi, menanam dan membantu sebaik-baiknya. Meskipun, kadang mereka dikecewakan, dijatuhkan, disakiti, dan bahkan dikhianati. Tapi mereka selalu bisa menemukan jalan untuk bangkit, berusaha tetap tegar dan kokoh dalam semangat menjalani kehidupan yang berisi penuh Dedication of Life.
Demi waktu, sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, pasti selalu saja ada orang-orang yang suka menebarkan kebencian, caci makian, kebohongan, hoax dan fitnah. Jika kita mampu menjernihkan hati, mengolah rasa dan menggosok jiwa dengan sebaik-baiknya, maka pasti kita bisa menemukan pencerahan bahwa atas berkat kebencian, caci makian, kebohongan, hoax dan fitnah tersebutlah, kita mampu menguji kualitas diri sebaik-baiknya. Apakah kita larut dan tenggelam dalam semuanya itu? Atau justru semuanya itu menjadikan diri kita semakin tangguh, kokoh dan perkasa di segala medan juang kehidupan?
Maka, demi waktu, sesungguhnya saya sangat berterima kasih kepada siapapun yang telah berkenan sukarela memberikan waktu dalam kehidupannya untuk membenci, mencaci maki, menghina, memfitnah dan menyebarkan hoax untuk menjatuhkan diri saya. Terima kasih atas semuanya itu. Terima kasih atas bantuannya untuk menguji dan menggosok diri saya, dengan segala bentuk energi negatif yang ditujukan kepada diri saya. Sungguh, saya berterima kasih atas semuanya itu.
Demi waktu, hidup manusia hanya 60 tahun di bawah kolong langit. Sungguh, ini adalah waktu yang singkat. Bahkan mungkin sangat singkat jika mati muda. Apakah kita mau mati sia-sia? Apakah kita mau mati tanpa ada gunanya? Ataukah kita mau mati dalam kehinaan? Tidak. Tentu tidak!
Tidak ada gading yang tak retak. Begitu juga tidak ada manusia yang sempurna. Yang ada adalah manusia yang selalu berusaha menjadi manusia sempurna dengan sebaik-baiknya, setepat-tepatnya dan hidup dalam semangat Dedication of Life yang sehebat-hebatnya.
Kesadaran dan pencerahan ini, saya resapkan sedalam-dalamnya ke sanubari, ketika saya tadi malam di Museum Musik Indonesia (MMI). Ketika saya mampir ke MMI sekitar pukul 22.10 – 23.15 WIB, dan menjumpai Ebesku Hengki Herwanto sedang khusyuk di depan komputer untuk bekerja menyusun data dan literasi dari bahan-bahan sumbangan materi kaset-kaset musik dari berbagai pihak ke MMI. Betapa khidmat Dedication of Life yang dijalaninya. Dan sungguh betapa besarnya cita-cita mulia yang hendak diwujudkannya. Saya dibuatnya takjub, bahwa ada seorang manusia biasa yang punya pemikiran, ide/ gagasan dan impian semegah itu: Membangun Music Heritage Center of The World.
Di usianya yang sudah senja, semangat juang dan hidupnya masih terus menyala membara. Masih mau berjuang, berkorban, bekerja, berkarya dan memberikan yang terbaik dalamnya. Di sisa usianya, masih mau bersusah payah untuk memberi, menanam dan mengumpulkan untuk meninggalkan warisan budaya (harta Karun musik) dunia, yang tentu sangat bermanfaat bagi generasi-generasi setelahnya di masa depan.
Di depan orang-orang seperti Ebesku Hengki Herwanto inilah, saya pasti dengan sukacita meletakkan kepalaku di bawah telapak kakinya. Respect setinggi-tingginya. Dedication of Life.
Demi waktu, sesungguhnya kehidupan manusia di dunia ini sangat singkat dan berjalan sangat cepat.
Demi waktu, semoga kita tidak mati dalam kehinaan dan kesia-siaan.
Doa saya tadi malam, semoga Ebesku Hengki Herwanto panjang umur, sehat selalu dan hidup mulia. Terima kasih atas perhatian, dedikasi, nasehat dan pelajaran hidupnya yang selalu diberikan dengan penuh semangat dalam kegembiraannya.
Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES
Manusia biasa, biasa banget.