Luar biasa. Ini sebuah dokumen langka yang memetakan kegiatan bermusik dari para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan. Sebuah Negara yang selama ini tenang-tenang saja, tetapi belakangan sempat terusik oleh kehadiran ptinggi USA sehingga hubungannya dengan Cina memanas. Beberapa bulan yang lalu suasana Taiwan sempat mencekam. Penduduk Taiwan, termasuk para imigran sempat diwajibkan mengikuti simulasi bila terjadi serangan musuh. Penduduk kota diminta berlindung ke bunker-bunker yang telah disiapkan. Begitu kabar dari Hasan, seorang arema yang lagi mengambil program Master di Kota Kaohsiung dengan spesialisasi jurusan mesin. Hasan pada masa liburan Agustus yang lalu berkunjung ke MMI sambil menyerakan buku tersebut untuk menambah koleksi museum. Hasan juga tercatat sebagai anggota Tim Penyusun PPKD (Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah) Kota Malang tahun 2018,
Hasan sewaktu berkunjung ke MMI
Di sela-sela kegiatan rutin PMI, rupanya anggota-anggotanya masih sempat menyalurkan bakatnya. Mereka menyanyikan lagu-lagu dangdut, campursari, pop dan bahkan metal. Nama group Jubah Hitam cukup dikenal oleh anak-anak muda di Taipeh, Kaohsiung dan beberapa kota lainnya.
Jubah Hitam Group
Jumlah PMI di Taiwan sekitar 250.000 orang. Mereka inilah pasar utamanya selain juga terdapat warga Negara setempat yang menyukai lagu-lagu Indonesia. Café-café yang dikelola orang Indonesia juga tumbuh berkembang. Mantan penyanyi dangdut Ratih Wulan Sari adalah salah satu pengelola café/diskotik yang cukup sukses. Dia mengatakan bahwa sekitar 20 tahun yang lalu hanya ada 4 toko Indonesia di depan Stasiun Kaohsiung. Sekarang sudah ada lebih dari 20.
Dicetak November 2021, buku yang diterbitkan oleh Trans /Voices Project & The Cultural Taiwan Foundation ini, selain berisi skena musik juga memuat kumpulan lirik dan biodata dari para imigran yang popular di Taiwan. Disajikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa/tulisan mandarin. (HHW)