Di Kajoetangan Lori Atau Trem?

0

KOTA MALANG-Baru-baru ini warga Malang dikejutkan dengan adanya pemasangan alat transportasi tepat di sebelah Barat Laut Gereja Kayutangan atau tepat di depan patung Chairil Anwar. Problematiknya adalah alat transportasi tersebut apakah sesuai dengan slogan wilayah Kayutangan yang bertajuk heritage ini? Pada Sabtu pagi (15/4/2023), museummusikindonesia.com mewawancarai Rakai Hino Galeswangi sebagai Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang. Rakai menjelaskan bahwa pemasangan alat transportasi tersebut tidak tepat, karena transportasi yang dipampangkan di sana adalah LORI bukan TREM. Sangat beda sekali antara lori dengan trem, singkatnya lori adalah alat transportasi pembawa tebu,  sedangkan trem adalah alat transportasi yang secara umum membawa manusia (walaupun sesekali membawa kayu atau hasil kebun). Secara ukuran juga beda, ukuran rel lori lebih sempit dibanding dengan rel trem. Hal ini dapat dicontohkan dalam kasus pergantian rel trem ke rel lori di pada jalur antara Pasuruan-Winongan, lebih tepatnya pada jalur Warungdowo-Winongan. Karena pihak pengelola Trem tidak bisa memperpanjang kontrak maka tutuplah transportasi tersebut pada tahun 1988, selanjutnya jalur tersebut dimanfaatkan oleh Pabrik Gula Kedawung hingga kini namun relnya dirubah menjadi lebih sempit yang diperuntukkan sebagai transportasi pembawa tebu yakni lori.

Dalam kasus tersebut sagatlah jelas bahwa antara lori dan trem adalah dua alat transportasi yang berbeda walau masih satu model. Selanjutnya Rakai menjelaskan wilayah Kayutangan yang digadang-gadang sebagai Kampoeng Heritage ini masih belum didapati kajian yang kompleks dan komprehensif, salah satu contohnya seperti saat ini yang secara tiba-tiba terpasang loko lori di koridornya. “Sebenarnya kita sebagai TACB sangat mendukung jika ingin menambahkan monumen trem di koridor tersebut, namun sekali lagi harus melihat  konteks kesejarahan. Sebab tidak pernah ditemukan catatan, dokumen, maupun memori kolktif masyarakat bahwa lori pernah melintas di koridor Kayutangan. Catatan sejarah jelas menguraikan terkait rel yang berada di sepanjang koridor kayutangan adalah rel Trem jurusan Stasiun Jagalan-Stasiun Blimbing. Selanjutnya jika harus dipasang monumen lokomotif trem pun harus memilih spot yang ideal, tidak seperti saat ini,” ungkap Rakai Hino.

Dalam hal ini lagi-lagi TACB sebagai salah satu tim ahli dalam bidang cagar budaya tidak pernah dilibatkan dalam hal apapun yang menyangkut Kayutangan, sedangkan ploting yang sudah dijual untuk membranding Kayutangan adalah “Heritage”. Heritage ini adalah warisan budaya yakni budaya benda dan tak benda. Sangat jelas dalam SK Walikota Malang yang diterima TACB bahwa pengkajian dan rekomendasi mengenai cagar budaya adalah tugas dari TACB. “Ironi sekali, ketika beberapa warga Kota Malang yang menyayangkan kinerja kami sebagai TACB lantaran tidak pernah memberikan masukan pada pemerintah dalam hal pengambilan kebijakan terkait cagar budaya seperti kasus pemasangan lori di Kayutangan ini, padahal kami tidak pernah diajak rembuk,” begitau tandas Rakai yang juga sebagai Dosen Sejarah di Universitas Islam Internasional Dalwa tersebut. Selanjutnya problematika pemasangan loko lori ini akan sangat fatal terhadap sebuah acara yang diikuti oleh Kota Malang. Diketahui Kota Malang masuk dalam peraih ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) terbaik tahun 2023. Kembali lagi pada tema yang diusung untuk Kayutangan yakni “HERITAGE”, jika memang tema ini sudah disepakati, maka pengambil kebijakan tertinggi di Pemkot juga diharap jangan setengah-setengah dalam proses pengerjaanya. Akan menjadi sangat blunder dalam salah satu item pariwisata yakni nilai sejarah jika informasi kesejarahan yang disampaikan oleh guide wisata keliru. Seperti saat ini yang sedang terpampang jelas, bagaimana seorang guide wisata jika membawa rombongan wisata menceritakan lori yang berada di depan patung Chairil Anwar? Apakah narasi yang dibangun akan demikian “ini kesalahan pemerintah memasang benda tersebut, seharusnya trem uap, bukan lori”. Tentunya kita semua tidak ingin ada narasi seperti ini yang muncul ke permukaan terutama dari TACB Kota Malang. Terlebih hari-hari ini sedang dipersiapkan kehadiran Menteri Parekraf yakni Bapak Sandiaga Uno hari Minggu, 16 April 2023 ke lokasi berkaitan dengan ADWI 2023. Hal ini tentunya akan biasa saja jika tema yang diusung di Kayutangan bukan Heritage, misalnya mengusung tema wisata campur-campur, atau wisata buatan, atau wisata lawasan, atau wisata kuno, yang kesemuanya itu tidak mencantumkan istilah “Heritage Kota Malang”. (lik)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here